Mohon tunggu...
Fanny Wiriaatmadja
Fanny Wiriaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

just an ordinary woman bark2talk@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Salsaku Sayang, Salsaku Malang

10 Januari 2018   19:05 Diperbarui: 10 Januari 2018   19:07 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salsa

Tarian salsa sebenarnya sudah ramai diketahui orang Indonesia, konon katanya Tari Salsa diciptakan oleh orang Spanyol yang berasal dari Karibia dan perkumpulan imigran Spanyol yang tinggal di Amerika Serikat. Akan tetapi, sejarah dari tari Salsa masih sering diperdebatkan. 

Sebagian orang menganggap tari dan musik Salsa berasal dari Kuba. Sebagian lagi menganggap tari Salsa yang dikenal saat ini berasal dari perkembangan tari di Amerika Utara. Modernisasi dari tari Mambo pada tahun 50-an membawa pengaruh terhadap perkembangan tari Salsa. Tari Salsa juga dikembangkan oleh komunitas Latin di New York, Amerika Serikat. Sejak lama Tarian salsa sering terlihat di acara-acara tertentu hampir di berbagai kota besar di Indonesia. 

Lalu mengapa komunitas salsa sepertinya kurang berkembang di Indonesia ? 

Ada banyak faktor yang menyebabkan komunitas salsa kurang berkembang di Indonesia, pelaku dan penggiat tarian salsa biasanya tidak jauh dari "elu lagi...elu lagi.'  Alias orangnya hanya itu-itu saja, diantaranya karena : 

1. Stigma Buruk Tentang Menari  Salsa.

Kebanyakan orang Indonesia, menilai tarian adalah kegiatan yang sexy, vulgar dan tidak sesuai dengan unggah-ungguh orang Indonesia pada umumnya. Apalagi jika tarian seperti salsa dan sejenisnya yang biasa dilakukan dengan cara berpasangan antara perempuan dan laki-laki. Tidak hanya tarian salsa, stigma buruk itu juga menimpa penari-penari tarian Indonesia asli, tarian Jaipongan, Ronggeng, Lengger atau tarian pesisir indonesia lainnya. Kerap kali gerakan tariannya dianggap mengundang nafsu birahi dan para penari terutama penari wanita dianggap "penggoda" dan " pelacur" saat menari.  

2. Menari Salsa Dianggap Sebagai Kegiatan Bersenang-Senang Saja.

Menari Salsa sebagaimana cabang kesenian lain bertujuan mengekspresikan diri melalui gerakan tangan dan kaki, olah tubuh dan juga menari adalah salah satu bentuk meditasi gerak bagi para pelakunya. 

Menari juga adalah salah satu bentuk olah tubuh yang terbukti menyehatkan jiwa dan raga, setiap menari Salsa terutama dengan irama yang cepat dan ketukan yang rapat otak kita akan menghasilkan hormon Endorfin yang seringkali disebut sebagai hormon kebahagiaan dan baik untuk otak Anda. Kemudian, menari juga  dapat mengurangi hormon kortisol yang memicu stres dan adrenalin dalam tubuh. Menari Salsa sebagaimana juga olah raga  terbukti sebagai obat untuk mengatasi depresi, rasa cemas dan juga membantu menguatkan daya ingat dan konsentrasi. 

Jika kita bisa menjadi bahagia dan sehat jiwa raga dengan menari, kenapa tidak kita lakukan ? Dance healed.

3.Menari Salsa Dianggap Sebagai Gaya Hidup Hedonis.

Jika kita masuk ke sebuah acara yang mengadakan event Salsa Dancing yang diadakan di Hotel mewah atau Restoran kelas atas , sering kita lihat para penari wanita berdandan dengan baju yang sexy dan menarik, tatanan rambut dan make up yang luar biasa cantik.  Itu cara mereka mengekspresikan diri mereka, di beberapa tempat lain para penari salsa wanita cukup nyaman dengan celana jeans dan kaos, atau hanya memakai pakaian yang biasa mereka kenakan sehari-hari.  Menari Salsa bukan tentang pakaian, bukan tentang dandanan rambut dan make up, tapi yang utama adalah passion, rasa cinta terhadap kegiatan menari. 

4. Tarian Salsa Sebagai Tarian Sosial / Social Dance Rusak Oleh Praktek Hired Male Dancer.

Apa itu Hired Male Dancer ?

Dalam menari Salsa seorang penari wanita tidak bisa menari sendirian, karena walaupun ada tarian Salsa yang dilakukan sendiri namun lazimnya tarian salsa itu dilakukan secara berpasangan. Di beberapa tempat - nyaris di semua tempat - penari wanita yang datang tanpa pasangan hampir dipastikan nasibnya hanya duduk manis sampai acara menari selesai. Walau judulnya Social dance, tapi pada kenyataanya para penari wanita harus menyewa ( hire ) pasangan menari laki-laki. Fungsi Hired Male Dancer itu adalah menemani sang Penyewa untuk menari sampai acara selesai dan tidak menari dengan wanita lain lain selain wanita yang menyewa jasanya. 

Tarif Hired Male Dancer itupun sangat fantastis, antara Rp. 1.500.000,- sampai Rp. 2.000.000,- / event. 

Dalam kasus begini Salsa sebagai tarian pergaulan / Social Dance pun rusak, karena hanya orang-orang tertentu yang mampu membayar pasangan menari. Tarif Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.000.000,- itu sangat mahal jika tujuannya hanya untuk menari.  Padahal menari seharusnya menyenangkan dan bisa dilakukan dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja. 

Prakter Hired Male Dancer ini hanya ada di Indonesia, tidak ada praktek seperti itu di negara manapun di dunia. Mungkin hal itulah penyebab utama komunitas salsa kurang berkembang dan akhirnya seperti " elu lagi...elu lagi..."

Akankah Salsa sebagai Social Dance bisa kembali kita nikmati ? Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun