Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sorga Wanita

2 April 2022   06:11 Diperbarui: 2 April 2022   07:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

S  O  R  G  A      W  A  N  I  T  A

Sorga punya makna berbeda sejalan dengan perkembangan usia serta jaman. Itu menurut pendapatku.
Aku ingat semasa usiaku sepuluh tahun. Bagiku sorga adalah sebuah kota yang dibangun dari tumpukan es krim. Langit maupun jalanannya. Sehingga setiap kali ingin menikmati kita cukup terlentang. Membuka mulut lebar-lebar. Membiarkan es krim meleleh dari langit langsung masuk ke mulut kita. Atau bisa juga dalam menelungkup. Tinggal menjulurkan lidah, menjilati es krim sepanjang jalanan. Mau milih yang rasa coklat atau strawbery.? Cukup dengan merangkak kian kemari sambil menjilat sesuai selera. Sorgaku kala itu rada mirip rumah cokelatnya Hansel dan Gretel.
Gambaranku tentang sorga semacam ini kukisahkan secara ekspresif di depan teman-temanku. Waktu itu suster Katerin sedang bertutur tentang Sorga ala Perjanjian Lama.  Lantas beliau memberi kesempatan anak yang mau cerita untuk maju ke depan.
"anak-anak, siapa yang punya gambaran tentang Sorga?"
Aku langsung angkat tangan. Tampil dengan "pede"nya di hadapan mereka.
Ternyata ceritaku tentang Sorga jauh lebih menarik ketimbang Taman Eden dalam  Kitab Perjanjian yang diceritakan guru sekolah minggu kami. Akibatnya teman-temanku jadi gelisah. Ingin cepat-cepat pulang  supaya bisa  minta dibelikan es krim kepada penjemput masing-masing.
Suster jadi marah. Ketika mau kembali ke tempat duduk kepalaku diketok pakai alkitab.
"Kamu ini kecil-kecil sudah punya bakat sesat!" Keluhnya jengkel. Menganggap aku sudah memprovokasi anak-anak lain sehingga mereka jadi tak terkendali.
Padahal bagi anak seumurku Sorga sebenarnya simpel saja. Berupa sesuatu yang paling kita dambakan namun tidak bisa diperoleh dalam hidup yang nyata. Contohnya es krim itu.
Aku terlahir dalam lingkungan keluarga yang kondisi ekonominya pas-pasan. Punya enam saudara. Bila minta es krim boro-biro dibelikan. Karena menurut perhitungan matematika dapur ala ibu sepotong es krim harganya sama dengan setengah kilogram telor ayam.  Ketimbang beli satu, lantas gantian dijilati  ketujuh anaknya Mendingan dibelikan telor. Bisa dapat lima butir. Didadar setipis dan selebar mungkin. Cukup untuk lauk sarapan satu keluarga.

Sewaktu usiaku 12 tahun sepatu yang lagi ngetrend adalah sepatu Bigboos. Niru yang dipakai bintang kungfu top Bruce Lee dalam filem yang yang dia bintangi. Modelnya polos, tipis dan lentur. Untuk anak perempuan ada yang pakai sulaman bunga Plum. Enak sekali dipakai jalan. Aku ingin sekali punya sepatu seperti ini.
Ibu bersedia membelikan. Asalkan aku mau menghemat ongkos becak  dua bulan. Itu berarti selama itu aku harus jalan kaki pergi-pulang sekolah.
Tanpa pikir panjang aku langsung setuju. Padahal jarak tempuh rumah ke SMP Kristen sekolahku lumayan jauh. Sekitar 3km. Ketika berangkat tidak masalah, karena udara masih sejuk. Cuma pulangnya itu. Dalam kondisi lapar dibawah terik matahari aku harus menyusuri jalanan yang ramai dan berdebu. Sambil berjalan pulang sekolah aku mulai berhalusinasi tentang Sorga yang kubayangkan sebagai ruang angkasa bebas gravitasi. Enak sekali. Aku tak perlu berjalan setiap berangkat dan pulang sekolah. Cukup tarik napas lantas tancap gas! Tubuhku dengan ringan bakal melayang mencapai tujuan. Gak kalah sama Superman.        

Hidupku lebih kacau dan banyak berdosa ketika memasuki usia "sweet seventeen".  Masa itu aku sudah mulai kuliah.  Teman-temanku banyak yang berasal dari kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Tidak kampungan seperti aku. Suatu ketika kami berenam - yang semuanya cewek - patungan nyewa proyektor dan filem.  Waktu itu belum ada DVD Player atau Video. Kami bawa alat hiburan itu ke kamar kost temanku.  Lemari dan gantungan baju disingkirkan agar punya dinding cukup luas untuk dijadikan layar. Lantas filem yang berbentuk rol itu kami pasang dan menyalakan proyektor. Yang kami tonton sambil cekikikan adalah filem mesum. Terus terang itu adalah pertama kali aku menyaksikan adegan orang dewasa dalam berbagai gayanya yang menakjubkan. Aku jadi syok dan terobsesi. Akibatnya  mimpi buruk tentang Sorga.
Aku bagaikan berada di Taman Firdaus yang rindang dipenuhi banyak sekali pepohonan. Diantara kerindangan daunnya  bergelantunganlah  penis yang lebat dalam berbagai bentuk dan versi.  Bahkan ada penis yang beranak penis.
tatkala kuceritakan gambaran tentang Sorgaku tersebut kepada para rekan kuliahku, mereka justru merasa jijik. Menganggap mentalku belum siap menjadi wanita dewasa. Sejak saat itu aku diblokir, tidak pernah lagi diajak patungan menyewa filem.

Lantas Sorga macam apa yang kumiliki setelah berkembang menjadi wanita dewasa dan menikah?  Pada masa itu FPI sedang jaya-jayanya mempropagandakan gerakan     Berjihad agar bisa masuk Sorga dan bertemu dengan 72 bidadari.
Aku yang termakan propaganda  mulai meninjau wacana itu dari sisi yang lebih kritis dan emansipatif. Apa iya Sorga hanya diperuntukkan buat lelaki saja? Padahal wanitalah yang berjasa melahirkan dan mengasuh anak-anak sehingga dunia bisa dilestarikan. Dimana keadilan Tuhan terhadap makluk ciptaanNya?        
Kurasa selama bisa menjaga perilaku dan berbuat kebajikan dalam hidup, kelak bila  mati wanita juga bakal masuk Sorga yang disesuaikan dengan alam dan kebutuhan kaumnya.
Sorga kami pasti bakal menyediakan 72 Bidadara yang semuanya ganteng, Sexy dan siap melayani kami. Enak sekali! Ada yang menyuapi makan, memijat, memandikan dan........ malu juga ngomongnya. Pokoknya kami tidak usah melakukan apapun. Semua sudah tersedia dan tinggal dinikmati. Termasuk di ranjang. Kita bisa berganti partner setiap malam selama dua bulan lebih. Sebelum tiba kembali giliran jatuh ke bidadara pertama. Gak bakalan bosan menikmati adegan ranjang karena masing-masing pasti sudah dibekali keahlian spesifik buat memuaskan kami.
Masalahnya cuma satu, bila kita hamil bagaimana? Bidadara mana yang bisa dimintai pertanggungjawaban untuk menjadi bapaknya anak yang bakal kita lahirkan?  Karena kendati di sorga tetap saja satu sel telur tidak mungkin bisa dibuahi sekaligus oleh 72 sperma dari sumber berbeda. Kita bakal bingung menetapkan ayah biologis sang anak yang kita kandung.
Kesimpulannya, surganya wanita ternyata tidak sesimpel Sorga lelaki. Penuh kerumitan yang susah dicari jalan keluarnya. Baik secara dunia maupun akhirat.    

Eh lagi enak-enaknya menggeluti alam sorga aku dibangunkan oleh aroma dunia yang bersumber dari bau tubuh suamiku yang asam lantaran belum mandi.
Dialah yang menghempaskanku kembali ke bumi lewat bentakannya.
"Enak saja kamu tidur terus!"
Aku mengucek mata. Bergumul kembali dalam kehidupan nyata berhadapan dengan wajah suami yang tak kalah kusut dengan kain pel yang lupa dicuci.
"Cepat bantu aku mencuci dan meracik!" Katanya jengkel. "Hari ini kita dapat order seratus nasi kotak. Harus diantar sebelum jam sebelas!" ( fan.c )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun