Mohon tunggu...
Fandy Arrifqi
Fandy Arrifqi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Sedang berusaha menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keterasingan dalam Pendidikan

2 Maret 2018   20:01 Diperbarui: 11 Desember 2018   21:30 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Karl Marx mengajukan sebuah konsepsi keterasingan, yaitu keterasingan dalam pekerjaan. Karl Marx membandingkan antara manusia dan hewan dalam menjalankan pekerjaannya. Hewan melakukan pekerjaannya berdasarkan insting semata dan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja, sedangkan, manusia melakukan pekerjaan menggunakan akal pikirannya dan melakukan pekerjaan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya, tapi juga untuk memenuhi hasrat kreativitas dan kebebasannya. Dalam hal ini, manusia menggunakan akal kreatif mereka dalam pekerjaan sehingga menghasilkan produk yang bukan hanya memiliki nilai guna, tapi juga nilai estetika, sehingga akan ada perasaan bangga ketika berproduksi.

            Tapi dalam keyataannya, manusia tidak lagi berproduksi untuk menyalurkan hasrat kreativitas dan kebebasannya, tapi hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup semata. Hal ini menyebabkan manusia berada dalam sebuah keterasingan, karena mereka terasing dari kodratnya dalam berproduksi, terasing dari produk-produk yang mereka produksi, dan terasing dari sesama manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh sistem kapitalisme, yang memecah masyarakat ke dalam dua kelompok utama. Kelompok pertama, borjuasi, melakukan kegiatan produksi hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri dengan memperbudak orang lain. Dengan begitu, borjuasi telah terasing dari kodrat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk sosial. Kelompok kedua, proletariat, dalam melakukan kegiatan berproduksi, tidak lagi menggunakan kreativitasnya dan kebebasannya. Dengan begitu, proletariat, selain dianggap objek oleh borjuasi, juga telah terasingkan dari kodrat berproduksi manusia, yaitu kreatif dan bebas.

            Keterasingan ini tidak berhenti hanya sampai disitu. Keterasingan ini juga terjadi di bidang pendidikan. Manusia dalam belajar selalu didasari oleh rasa ingin tahu, dimana rasa ingin tahu ini lahir dari pikiran yang kreatif dan bebas. Jika manusia terasing dari kodrat kreatif dan bebas ini, maka bukan hanya terasing di dalam pekerjaan, tapi juga dalam pendidikan.

            Contoh yang bisa kita ambil adalah kurikulum pendidikan Indonesia. Kurikulum pendidikan Indonesia menuntut murid-muridnya untuk menguasai semua mata pelajaran. Dengan membabi buta, para pembuat kurikulum menuntut murid-murid untuk menguasai segala hal tanpa melihat keberagaman bakat dan minat murid-muridnya. Disini murid dijadikan objek oleh para pembuat kurikulum itu seakan-akan murid-murid itu adalah anjing-anjing sirkus, dimana murid-murid diperlakukan tidak sesuai dengan kodratnya. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa murid-murid tersebut telah terasing dari kodratnya, yaitu bebas dan kreatif. 

            Bukan hanya terasing dari kodratnya yang bebas dan kreatif, murid-murid juga terasing dari kefahamannya. Kefahaman murid dinilai hanya dengan angka, bukan dengan kefahaman yang sebenarnya. Nilai (angka) yang didapat murid didasarkan pada ulangan yang sifatnya hanya menguji hapalan murid, bukan menguji pikiran kritis yang didasarkan pada ilmu yang telah dipelajari oleh murid. Juga dengan ujian praktek yang hanya didasarkan pada penerapan ilmu dalam satu hari, bukan penerapan dalam kehidupan murid.

            Kebobrokan sistem Pendidikan ini jika dipertahankan akan sangat membahayakan masa depan bangsa ini. Dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), bukan kemampuan dalam segala bidang yang dibutuhkan. Kemampuan dalam segala bidang hanya akan menjadikan kita sebagai superworker ( pekerja yang bisa disuruh melakukan apa saja ). Dalam menghadapi persaingan bebas globalisasi, yang dibutuhkan adalah kebebasan dan kreativitas supaya dapat menghasilkan produk-produk inovasi yang dapat bersaing dengan produk luar negeri. Kebebasan dan kreativitas ini pula yang akan membawa generasi penerus bangsa ini untuk menjadi pemimpin dunia.

            Untuk menghadapi tantangan di masa depan ini, perlu adanya sebuah usaha untuk  mengembalikan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang bebas dan kreatif. Ini dapat dilakukan dengan mengganti kurikulum dengan kurikulum yang mengedepankan kemanusiaan, minat, bakat, kebebasan dan kreativitas. Dengan begitu, akan tercipta keadaan dimana murid-murid tidak lagi terasing dan dengan terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak terasing, insyaallah, Indonesia akan menjadi negara maju.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun