Mohon tunggu...
Fandi Patodingan
Fandi Patodingan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dilahirkan di Mamasa, Sulawesi Barat, putra ke 2 dari 4 bersaudara, saat ini saya menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana (SALATIGA), S1 Jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi. aktif di organisasi internal eksternal, saat ini menjabat Ketua Jaringan Mahasiswa Sosiologi se-Jawa, Korwil II, Jateng. dan Humas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapan Mamasa Punya Bupati yang Serius

2 Januari 2015   10:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_387792" align="alignnone" width="465" caption="Sumber gambar www.lintas.me"][/caption]

Sebuah kota kecil di tengah pegunungan pulau Sulawesi bernama Mamasa, beriklim sejuk rimbun dikelilingi hutan yang masi sangat hijau layaknya hutan yang masi belum berpenghuni. Siapa sangka di tengah hutan berdiri satu kota mungil yang kaya yang ramah tapi Nampak miskin. Ia kecil tapi ia berhasil melekatkan sebuah identitas bernama Kabupaten Mamasa, identitas ini didaptkan karena perjuangan rakyat mamasa. Para pejuang tidak pernah memandatkan sebuah hasil perjuangan untuk di abaikan, untuk di tinggalkan, tetap sang pejuang mengamanatkan hal tersebut sebagai hasil yang harus di jaga dikembangkan dan pada akhirnya membanggakan untuk setiap generasinya, tetapi sepintas kita melihat nampaknya amanat tersebut tidak di jalankan oleh mereka yang telah di beri amanat.

[caption id="attachment_387793" align="alignnone" width="296" caption="Sumber gambar ipmapusmamasa.blogspot.com"]

[/caption]

Tak ubahnya sosok seperti saya kembali mengkritik lewat tulisan, sebuah kebiasaan saya sejak menginjakan kaki di perguruan tinggi menulis adalah caraku untuk mengaktualisasikan sesuatu. Mamasa dalam beberapa karya tulisa pendek saya mungkin nama Mamasa mendominasi sebagian besar tulisan saya. Bukan tendensisus berbicara tapi ini soal keprihatinan untuk kemajuan daerah kita. Mulut masyarakat mamasa sudah hamper berbusa berteriak “perbaiki jalan kita”  jika mereka bertirak mengatas namakan “Kita” itu artinya ini milik rakyat mamasa bersama bukan milik perorangan, lalu apanya yang mengganjal protes mereka sehingga kalian yang notabene sebagai seorang pemangku kebijakan enggan mendengarkan teriakan itu. Rasanya tragis hampir setiap jam dalam beberapa media sosial rekan-rekan menunjukan kekecewaanya lewat postingan baik gambar visual, tulisan dan kekecewaan itu konteks masalahnya sama tetapi interpretasi atas masalah itu yang beragam, artinya bahwa kami sesungguhnya punya harapan yang sama meski berbeda latar belakang. Kami ingin jalan yang kami lalui setiap hari layak di sebut sebagai jalan raya, kami terkadang termenung jika duduk di teras rumah menghadap ke badan jalan yang di aliri air layaknya sebuah sungai kecil dan secara tiba-tiba seoarang pejabat daerahku lewat dengan mobil mewahnya, seakan ingin meneriaki mereka dan berkata terkutuklah kalian menjadi jalan beraspal, tetapi luapan emosi itu hanya kita biarkan mengalir seiring berjalanya waktu, lalu kapan waktunya.

Gak Serius

Mereka berambisi, tetapi mereka belum siap, kira-kira seperti itulah wajah pemimpin kami, yah banyak juga sih yang bilang mereka serakah hehe apa susahnya perbaiki jalan yang hanya berjarak pulahan kilo meter, daerah lain bikin aspal di atas laut saja mereka bisa. Mereka bisa karena mereka serius mau membangun. Mamasa uda jalanya hanya mau di dekonstruksi ulang saja tidak bisa, hampir setiap tahun kita di cekoki berita kalau mamasa mendapatkan kucuran dana sekian milyiar trus uang itu menhgasilkan apa..?? hanya menghasilkan perut beberapa orang yang besar alangkah lucunya daerah ini. Banyak yang bilang ini tangung jawab gubernur, ia itu tidak salah tetapi kalau mamasa sejahtera apakah hanya gubernur yang bertangung jawab kan tidak demikian logikanya. System pemerintahan di Negara ini sangat jelas mekanismenya  saling berkaitan saling menopang. Bupati ada untuk menjalankan fungsinya sebagai pemimpin daerah untuk lingkup kabupaten maka dari itu ia dipilih oleh rakyatnya, itu artinya bahwa Bupati sangat berperan penting dalam perkembangan daerah yang dipimpinnya.

Nah kalau kasusnya demikian yang terjadi di mamasa jalan penghubung antara kabupaten lain yang sudah hamper 20 tahun belum penah normal. Ini berart pemerintah tidak serius kan ? lalu bupati posisi tawarnya di mana..? jika ia layak disebut sebagai bupati mestinya ia tau apa yang vital untuk daerahnya bukan vital untuk dirinya. Sampai kapan masyarakat mamasa harus bersabar, kecuali mamasa berdiri sebagai daerah monarki pemimpinya bisa seenaknya sendiri yanh mungkin wajar saja secara sistemik. DPR juga kalau mau adakan studi banding tidak usah jauh-jauh cukup dalam negeri saja anda bandingkan bagaimana manejemen daerah lain di bandingakan daerah anda sendiri. Yah tidak usah studi banding yang banyak-banyak juga cukup tata ruang kota saja, jalan-jalan ke jawa misalkan lalu masuk dalam sebuah pedesaan bagaimana anda melewati jalan desa yang begitu mulus, di sana kan kesadaran bapak ibu bisa terunggah, jika sudah melewata sebuah desa kecil yang beraspal mulus.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun