Mohon tunggu...
Fandi Umar
Fandi Umar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Gondrong Usang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Penculikan, Lahirlah Kemerdekaan

18 Agustus 2019   01:32 Diperbarui: 18 Agustus 2019   01:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hetanews.com

Bersuka ria, tertawa, juga, teriak "merdeka". Berbagai kegiatan, dan, lomba, digelar dari sabang sampai merauke. Kegiatan, pun, lomba yang digelar dimeriahkan oleh semua kalangan. Pamflet-pamflet beterbangan di media sosial.Tak ada manusia yang luput dari hari yang bersejarah ini.

74 tahun, Negara ini terbebas dari penjajahan Bangsa Asing. Pada, 17 Agustus 1945, bung Karno mengumandangkan, "Proklamasi", sebagai tanda, Indonesia menyatakan bahwa: telah, "merdeka" dari bangsa asing. Walaupun, memang, belum 100%, seperti yang diinginkan Tan Malaka. Setidaknya, Indonesia, sudah berani menyatakan diri untuk "Merdeka".

Untuk, menghantarkan kemerdekaan pada bangsa ini, banyak darah yang kemudian tertumpah di atas tanah ibu Pertiwi. Mari sama-sama kita bongkar ingatan perihal sejarah bangsa ini. Tan Malaka, adalah, salah seorang yang sangat penting bagi kemerdekaan Indonesia. Tanpa beliau, Indonesia mungkin tidak akan menyatakan "kemerdekaan". Bahkan, soekarno dan kawan-kawan, mungkin, tak menyusun proklamasi.

Sebab: berkat dorongan Tan Malaka, yang kemudian, mendesak Soekarni agar menculik Soekarno dan Hatta, adalah sebab dari keresahan pemuda kala itu, yang tak ingin merdeka di bawah kaki penjajah. Perbedaan pendapat antara kaum tua, dan, pemuda memang tak bisa disatukan.

Maka, jika sampai hari ini, masih ada pemuda yang kemudian mengatakan bahwa: "Indonesia tak akan merdeka, jika, Hirosima, dan, Nagasaki, tidak dijatuhi bom oleh, Sekutu." Sungguh, dia adalah pemuda yang tidak menghargai proses kemerdekaan Negara-nya. Para Pahlawan terdahulu pasti kecewa dengan pemuda seperti itu. Ingatlah bahwa: darah, pemikiran, keluarga, bahkan masa hidup mereka pernah dikorbankan untuk Indonesia. Pada akhirnya, Pemuda dan Rakyat Indonesia sampai pada 74 tahun umur Tanah Air. Dan, dapat menyaksikan bendera  Merah Putih, masih gagah berkibar di langit ibu pertiwi.

Perjuangan belum berakhir...

Pemuda adalah tiang Negara, lanjutkan sejarah, bentangkan bendera, tanamlah pancasila dalam dada. Jangan biarkan Indonesia dihancurkan oleh mereka yang ingin merampas habis kekayaan ibu Pertiwi.

KH. Hasyim Asy'ari, pernah mengeluarkan fatwa, saat bung Karno bertanya: "Apa hukum bagi seorang yang memperjuangkan negaranya dari penjajahan bangsa asing?" Lalu, Kiay menjawab: "hukumnya adalah, fardu ain. Bahwa: "Cinta tanah air adalah sebagian dari iman." yang akhirnya fatwa itu menjadi jargon untuk benteng pertahanan Indonesia sampai akhir hayat nanti.

Dirgahayu, Indonesia-ku.

Manado, 17 Agustus 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun