Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doyan Pamer? Ternyata Ini 8 Faktor Penyebabnya

20 Maret 2023   12:59 Diperbarui: 20 Maret 2023   13:20 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pamer (pic: wsj.com)

Kesusilaan

Norma ini tidak bisa diungkapkan secara gamblang, sebab berkaitan dengan hati nurani, yang tentu saja kasat mata. Mungkin pelakunya terlihat menjaga norma agama, norma kesopanan, tidak melanggar norma hukum, namun ketika melakukan sikap pamer, apabila hati nuraninya masih terketuk maka akan merasa malu serta salah tingkah saat melakukannya. Namun ketika hati nuraninya tumpul,maka pamer telah menjadi hal biasa yang dilakukan dan tidak terasa mengganggunya lagi.

Mayoritas masyarakat yang masih memiliki ketajaman hati nurani tentu saja akan menilai pamer sebagai hal risih dan mengganggu. Sehingga perilaku pamer dirasa sangat menganggu ketentraman dan kenyamanan hidup orang banyak.

Faktor Penyebab sikap pamer

Mengapa pamer bisa terjadi, biasanya hal ini diakibatkan oleh:

  1. Kurang percaya diri

Seseorang yang kurang memiliki kepercayaan diri akan cenderung bersikap pamer, sebab dengan sikap pamer baginya akan meningkatkan harga dirinya menjadi lebih tinggi.

Ketika orang terrsebut melakukan "pamer ria" maka harapannya adalah agar publik bisa menunjukkan reaksi terkejut, kagum dan memujinya. Tapi apabila ketika tindakan pamer telah dilakukan, namun reaksi khalayak biasa saja, alih-alih kaget, mereka justru mencaci maki dan mencurigai, maka si tukang pamer akan menjadi down dan makin krisis kepercayaan diri.

  1. Keinginan diakui

Saat seseorang melakukan pamer biasanya karena ingin dipuji dan diakui. Kuatnya keinginan tersebut mendesaknya melakukan pamer. Ketika akhirnya pamer terjadi, pujian muncul, akan muncul kepuasan tersendiri yang didapatkan. Namun jika tidak ada pujian, maka sakit hati mulai tercipta.

Berbeda dengan mereka yang menunjukkan sesuatu tanpa ingin pamer, maka ketika tak ada reaksi pujian yang didapat, tidak akan kecewa dan sakit hati.

  1. Kebanggaan berlebih pada diri sendiri

Akibat kebanggaan yang berlebihan terhadap diri sendiri, membuat sikap pamer dianggap biasa saja. Ada bisikan "Gue gitu loh" dari dalam hatinya sehingga pamer menjadi lagu kebangsaan, tanpa berpikir panjang bahwa boleh jadi ada yang iri dan mencurigai.

  1. Lunturnya rasa malu

Salah satu penyebab adanya sikap pamer adalah lunturnya rasa malu. Berbuat tanpa berpikir, yang penting hati senang, puas, dapat pujan. Sehingga tidak mengherankan bila media sosial saat ini dibanjiri dengan video-video mereka yang tujuan utamanya hanya ingin dipuji, dipuj dan dipuji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun