Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Money

Cetak Biru, Asa Digitalisasi Perbankan Sepenuhnya

5 November 2021   08:05 Diperbarui: 5 November 2021   08:31 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi keraguan nasabah (pic: steemit.com)

Di era digitalisasi sekarang ini semua bank memang telah menjalankan aktivitas digital, namun belum digital sepenuhnya (fully digital)

Sadar tidak kalau tingkat keprofesionalan digital bank di Indonesia belum optimal? Hal itu terbukti pada rendahnya dimensi manajemen risiko dan tatanan institusi di aspek data, teknologi, kolaborasi, dan nasabah. Padahal saat sekarang ini nasabah bank digital banyak didominasi generasi muda yang mendambakan kepraktisan, dan pastinya keamanan juga.

Oleh karena itu digitalisasi perbankan di tanah air sudah selayaknya harus didukung budaya digital, kapasitas organisasi dan manajemen risiko yang kuat, sehingga makin menarik minat nasabah, terutama mereka yang tergolong masih awam dengan simpan menyimpan fulus dalam dunia perbankan.

Cetak biru perbankan tahan banting

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 26 Oktober lalu meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan di Jakarta, dengan tujuan mendorong akselerasi transformasi digital perbankan. 

Dengan adanya landasan cetak biru, perbankan nasional diharapkan lebih tahan banting, berdaya saing, dan kontributif mendorong akselerasi transformasi digital.

Lima hal krusial yang patut menjadi perhatian penting dan patut disimak dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagaimana dikutip dari Investor Daily (26/10/2021) yaitu:

  • Kebijakan perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data yang bertujuan agar masyarakat makin mempercayai layanan perbankan digital.
  • Adopsi teknologi yang bertanggung jawab
  • Manajemen risiko teknologi informasi yang mencakup keamanan siber bank umum dan alih daya (outsourcing). 
  • Kolaborasi bank dalam ekosistem digital. 
  • Tatanan institusi meliputi dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya. 

Kelima hal penting diatas sangat menarik sebab berorientasi pada konsumen sehingga diharapkan mampu mendorong inovasi produk perbankan.

Keamanan siber

Masifnya serangan siber beberapa waktu terakhir ini pada perbankan ditunjukkan dari banyaknya dana pada rekening tabungan nasabah yang hilang akibat skimming dan sejenisnya. Sedangkan serangan offline dibuktikan dengan raibnya dana nasabah disebabkan kelakuan karyawan bank yang kurang terpercaya.

Disinilah pentingnya keamanan siber(cybersecurity) dan manajemen risiko tekhnologi Informasi (TI) pada perbankan demi memitigasi berbagai risiko tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun