Karoshi dan 996
Kegilaan waktu kerja bagi workaholik bukanlah satu masalah besar, namun bagi mereka yang sudah berada pada titik kelelahan dan kejenuhan, pemaksaan jam kerja di luar kepatutan aturan waktu kerja, justru akan menjadi beban mental dan moral yang akan memicu stres, bahkan yang paling gawat adalah bunuh diri, hal itulah yang saat ini banyak terjadi di Jepang dan di China.
Bukan hal baru bila Jepang adalah negara dengan etos budaya kerja paling disiplin dan terkesan gila gilaan, bahkan sebagian pekerja disana memiliki julukan gila kerja. Bagi mereka yang menolak hal tersebut, sudah pasti tersisih oleh persaingan kerja, sehingga dengan sangat terpaksa, mereka mengikuti budaya Karoshi tersebut. Namun saat kelelahan memuncak padahal tuntutan kerja meningkat, maka akan memicu tingkat stres tertinggi yang memicu perasaan tak berguna dan ketakutan tidak dipekerjakan lagi jika berhenti melakukannya, akibatnya keinginan bunuh diri menguat karena rasa tak berdaya.
Demikian pula yang terjadi di negara Tirai Bambu, China. Setelah mengalami kemajuan ekonomi pesat dibanding negara lain, hingga kemudian berubah menjadi raksasa ekonomi dunia setelah Amerika. China benar-benar berpacu melawan waktu, bahkan kabarnya demi mengejar target ekspor ke luar ngeri, barang barang itupun diproduksi saat masih di atas kapal pengangkutan.
Budaya gila kerja di China dikenal dengan julukan 996, kerja lembur ekstrem yang dimulai jam sembilan pagi, berakhir jam sembilan malam, selama enam hari dalam seminggu. Bahkan Pengadilan Tinggi China sendiri khawatir dengan budaya kerja perusahaan di negaranya karena dianggap melanggar aturan ketenagakerjaan, sehingga mengeluarkan peringatan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar, perusahaan rintisan atau start up, serta perusahaan swasta lain, sebagaimana dikutip dari CNN (28/8/2021).
Pengadilan bertindak tegas karena pada Januari lalu, dua karyawan perusahaan e-commerce Pinduoduo meninggal, Â salah satunya bunuh diri akibat perusahaan menerapkan jam kerja berlebih terhadap pekerjanya.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Mungkinkah memiliki kemiripan dengan Jepang dan China? Adakah karyawan yang stres dan kelelahan karena harus mati-matian bekerja tanpa istirahat selama sepekan?
Meskipun bekerja keras  sering dijadikan alasan bagi perusahaan untuk melanggar jam kerja karyawan, namun pengusaha tetaplah wajib mematuhi sistem jam kerja nasional yang telah ditetapkan pemerintah, sebab karyawan bukan robot, mereka berhak beristirahat, bersosialisasi dengan keluarganya, dan liburan.Â