Imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina akibat babak paling kelam dalam Perang Dunia II yaitu holocaust, sebuah praktik pemusnahan massal oleh Nazi Jerman, namun mereka lupa dengan bangsa yang menerimanya dengan tangan terbuka saat holocaust terjadiÂ
Tragis, ngilu, pahit, dan menyakitkan. tampaknya kalimat itu pantas disematkan pada perilaku Israel yang secara ugal-galan memborbardir Palestina dengan alasan menyerang Hamas yang terus menerus menembakkan roket. Tapi yang menimbulkan pertanyaan, jika memang sasarannya Hamas, kenapa kantor berita Al Jazeera dan AFP menjadi bulan-bulanan? Hingga seperti ada tujuan rertentu yang ingin dilakukan namun bersembunyi di balik alasan kelakuan Hamas.
Al Jazeera, bukan rahasia umum lagi, saat terjadi invasi Amerika atas Irak dan negara-negara Timur tengah lainnya, hanya AlJazeera satu-satunya kantor berita yang menyiarkan berita tanpa rekayasa ataupun propaganda Amserika. Bila selama sekian waktu semua pemberitaan dunia dikangkangi negara super power, namun setelah adanya AlJazeera, Amerika tidak bisa lagi mendikte dunia dengan berita-berita propagandanya.
Namun kini, saat terjadi konflik dengan Palestina, seakan-akan Israel tidak ingin dunia mengetahui keserakahannya dari berita-berita Al Jazeera yang jujur, takut apabila segala kebrutalan dan kegilaannya memborbardir anak-anak dan wanita tak bersalah sebagai kejahatan kemanusiaan, oleh karena itu Israel super cepat membungkam kantor berita itu dengan meluluhlantakannya.
Deadline 15 menit sebelum peledakan kantor berita
Al Jazeera secara sepihak dituduh berafiliasi dengan Hamas, padahal jelas dibantah mentah-mentah oleh semua crew berita, tapi tampaknya semua alasan itu dibuat-buat oleh sang negara zionis demi langkah pembenaran dari penghancuran yang dilakukannya, sebab tidak ada bukti yang mendukung klaim Israel itu.
Pemberian deadline hanya 15 menit untuk mengosongkan kantor bagi seluruh crew pemberitaan kantor Al Jazeera sungguh terasa menyesakkan dada, wartawan sebagai garda terdepan pemberitaan, yang telah berjuang sekian waktu mendirikan kantor berita, mengumpulkan peralatan, kini setelah terwujud perjuangan puluhan tahun itu, Israel dengan seenak udelnya meluluhlantakkan atas nama pembelaan diri terhadap Hamas.
Entah itu alasan yang sesungguhnya, atau alasan yang dibuat-buat, namun yang pasti Israel seakan mencari pembenaran dari semua kelakuannya. Secara teori meluluhlantakkan kelompok Hamas, namun dalam kenyataannya yang menjadi korban adalah wartawan, perempuan, dan anak-anak.
Dikutip dari kompas.com Minggu, 16/5/2021, bahkan jurnalis kantor berita Associated Press (AP) memohon ke petugas intel Israel agar diberi waktu 15 menit untuk membereskan peralatan, termasuk kamera, dan lain-lain sebelum bangunan diledakkan Israel, namun tak digubris.
Wilayah Palestina tinggal rongga kecil
Sebagai negara dengan kecerdikan (atau kelicikan?) tingkat tinggi, beragam strategi dan taktik berputar di otak negara zionis ini demi mewujudkan ambisinya. Dan sayangnya hal itu terwujud terus karena Palestina yang gampang diprovokasi.