Mengapa Pria Cenderung Mudah Berselingkuh?

Pria dikenal sebagai makhluk rasionil, saat menyukai sesuatu dia akan blak-blakan tanpa basa-basi, demikian juga jika rasa bosan sudah menghinggapinya, namun ada beberapa pria yang berusaha menutupinya

Runyam ketika pasangan yang Anda miliki mulai pindah ke lain hati, mungkin hanya dari sekedar menyapa, kemudian ngobrol, yang ujung-ujungnya berbagi nomer telepon, hingga berakhir pada hubungan yang lebih mendalam.

Lalu, mengapa hal itu bisa terjadi? padahal dia memiliki Anda, apa yang ada dalam pikirannya hingga seperti tertutup mata serta hatinya, dan sedemikian mudah menafikkan keberadaan Anda.

Beberapa alasan yang menyebabkan pria berpaling ke lain hati:

Kebosanan

Pria dikenal sebagai makhluk rasionil, saat dia menyukai sesuatu dia akan blak-blakan tanpa basa-basi, demikian juga jika rasa bosan sudah menghinggapinya, namun ada beberapa pria yang berusaha menutupinya demi menjaga perasaan si wanita, meskipun hal itu lebih runyam saat ketahuan.

Cinta, sudah lazim orang menyebut buta karena cinta, so apakah ketika telah memiliki pasangan hal itu layak disebut cinta?

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa memang hal itu disebut cinta, entah cinta kedua, ketiga, keempat, atau bahkan lebih, bahkan yang lebih gawat dan salah kaprah menyebutnya cinta satu malam. Namun yang menimbulkan pertanyaan adalah, benarkah itu cinta? Lalu bila itu cinta, bagaimana dengan cinta sebelumnya yang telah dinafikkan, apakah masih layak disebut cinta bila tak ada hasrat untuk menikmatinya kembali?

Terlalu banyak aturan

Pria terkenal sebagai makhluk bebas, dia kurang menyukai aturan dan keterikatan, apalagi bila dilakukan oleh orang yang tidak disukainya. Tidak disukainya? Kenapa bisa terjadi padahal Anda dahulu adalah orang yang sangat disukainya?

Hal itu terjadi karena seiring perjalanan waktu, dia mulai melihat sisi-sisi keaslian yang tidak dia harapkan, apalagi dengan kekangan ikatan dia merasa kurang enjoy lagi, sebab biasanya orang menyebut cinta sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan, menggembirakan, bila telah redup masihkah layak disebut cinta?