Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puissance

18 Oktober 2021   02:10 Diperbarui: 18 Oktober 2021   02:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.lingkarpng.com 

Waktu-waktu itu perlahan menyisakan rindu. Pilu akhirnya menemui harapnya.

Sengsara saat yang lain menghembuskan nafas, terengah-engah, terbata-bata. 

Kesaksian menerka kesakitan.

Dalam ruang paling intim, kau lucuti aku, kau berselingkuh, setelah kau puas setubuhi aku.
Kau, tak pantas untuk segala.

Tersipu malu, pura-pura tidak tahu. Membisikan satu-persatu peristiwa demi peristiwa, dosa-dosa sejarah.
Hakim untuk si buta, dan si tuli.

Terkadang, setiap malam saat semua mulai senyap. Aku merindukanmu.

Tidak!

Aku berharap tidak pernah mengenalmu, Puissance.

Pada lembaran akhir, akan ada banyak catatan. Catatan atas penghukuman.
Penghukuman, tanpa proses peradilan.

Begitulah, Puissance. Memang selalu memilukan.

Manado, Oktober 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun