Waktu-waktu itu perlahan menyisakan rindu. Pilu akhirnya menemui harapnya.
Sengsara saat yang lain menghembuskan nafas, terengah-engah, terbata-bata.Â
Kesaksian menerka kesakitan.
Dalam ruang paling intim, kau lucuti aku, kau berselingkuh, setelah kau puas setubuhi aku.
Kau, tak pantas untuk segala.
Tersipu malu, pura-pura tidak tahu. Membisikan satu-persatu peristiwa demi peristiwa, dosa-dosa sejarah.
Hakim untuk si buta, dan si tuli.
Terkadang, setiap malam saat semua mulai senyap. Aku merindukanmu.
Tidak!
Aku berharap tidak pernah mengenalmu, Puissance.
Pada lembaran akhir, akan ada banyak catatan. Catatan atas penghukuman.
Penghukuman, tanpa proses peradilan.
Begitulah, Puissance. Memang selalu memilukan.
Manado, Oktober 2021