Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PMII dan Kos Kendari

23 September 2021   00:39 Diperbarui: 23 September 2021   00:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah Organisasi kemahasiswaan yang notabene basis kaderisasinya adalah mahasiswa itu sendiri. 

Kaderisasi dalam tubuh PMII sama halnya dengan nafas yang senantiasa selalu memberikan kehidupan bagi organisasi. Untuk agar tetap eksis PMII perlu dan wajib menjaring dan menjaga anggota ataupun kader, maka perlu ada yang namanya strategi kaderisasi dalam menjaring dan menjaga eksistensi PMII.

STRATEGI KADERISASI

Bung Hatta Pernah berucap bahwasanya kaderisasi sama halnya dengan menanam bibit, setiap pemimpim hari ini wajib menanam bibit untuk pemimpin masa depan.

"Mahasiswa saat ini dapat dimengerti hanya apabila kita mampu menyelami cara berpikir mahasiswa, bukannya mahasiswa yang dipaksa untuk mengikuti cara berpikir PMII. Ini boleh jadi merupakan jalan primer untuk ditempuh sehingga PMII dapat diterima oleh mahasiswa. 

Dengan kalimat lain, bukan mahasiswa yang pertama -- tama harus mengikuti jalan pikiran PMII melainkan PMII-lah yang pertama -- tama mesti mengikuti jalan pikiran mahasiswa, " (dalam Pendidikan Kritis Transformatif, PB PMII; 2002) strategi ini dinamai " masuk dari pintu mereka keluar dari pintu kita".

Kita pula bisa belajar bagaimana para Wali Songo terdahulu mendakwahkan islam dengan begitu cerdas dan cerdik. Tidak memaksa kehendak bahwa orang-orang pribumi mau tidak mau harus masuk islam. Tetapi bagaimana kemudian para Wali sangat sarat akan strategi dakwah-nya. 

Seperti yang di tulis oleh Agus Sunyoto dalam karyanya Wali Songo. para wali yang datang ke nusantara tidak serta merta langsung menawarkan kebutuhan spiritual islam kepada masyarakat nusantara. Tetapi terdahulu, menawarkan kebutuhan sosial masyarakat nusantara (jalinan emosional). 

Semisal pada masa itu masyarakat nusantara yang notabene adalah petani, mereka mempunyai sawah dan ladang tetapi agak kerepotan dalam menggarapnya akibat tak ada alat bantu. 

Maka pada saat itu lah para wali mengajari mereka bagaimana caranya membuat alat-alat untuk bertani semacam cangkul, celurit, parang dll.

Pun Kata sun tzu, jika anda ingin menguasai peperangan, kuasailah medannya. "Medan Perang" kita adalah kampus, bagaimana antropologi kampus dan sekitarnya? Tentu kita yang lebih paham terkait kondisi kampus masing-masing dan lingkunganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun