Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Kita Harus Menulis?

26 Oktober 2019   00:27 Diperbarui: 26 Oktober 2019   05:16 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menulis adalah kerja-kerja keabadian" (Pramodya Ananta Toer).

Saya pikir, dengan memaknai maksud dari apa yang didalilkan oleh Mas Pram diatas kita bisa sedikit memiliki spirit, guna memberanikan diri untuk bisa menulis. Sebab, dengan menulislah kita bisa abadi.

Abadi, yang dimaksud bukanlah kehidupan kita dimuka bumi ini. Melainkan nama kita akan terus hidup, dalam ingatan para pembaca.

Tidak sedikit nama-nama besar dinegeri ini yang jasadnya telah lama tiada, namun nama dan pikiran-pikiran mereka masih tetap utuh dalam ingatan. Entah anak muda, atau lebih-lebih lagi kalangan tua.

Gusdur, Nurkholis Majid, Bung Karno, Tan Malaka, Pramodya Ananta Toer, Soe Hok Gie, Wiji Tukul, dan masih banyak lagi. Mereka adalah deretan nama yang tidak pernah hilang dari ingatan para pembaca, lebih-lebih para aktivis mahasiswa.

Mari kita bayangkan jika nama-nama besar diatas tidak menulis. Saya sendiri kurang yakin, jika sahabat-sahabat yang budiman mengenal nama yang saya sebut diatas.

Ingin menulis tapi, tidak tahu mau menulis apa.
"Tulis-tulis dan tulis. Suatu saat pasti berguna". (Pramodya Ananta Toer)

Dalam banyak kesempatan saya seringkali mendengar, keluhan sahabat-sahabat saya perihal keinginan besar mereka untuk bisa menulis, tetapi selalu buntu untuk menulis apa.

Padahal, jawaban sederhananya adalah jika ingin menulis, yaa memulai. Yang menjadi berat adalah karena kita terdahulu memikirkan "pembaca". Apakah tulisan saya mereka akan suka?, nanti dikritik senior, atau justru akan ditertawakan.

Saya katakan, mulailah dengan tidak memikirkan itu semua, sebab kebanyakan dari kita memutuskan untuk tidak melanjutkan tulisanya karena "takut" sebelum berperang. Padahal, dengan tertawaan juga kritikan itu, justru tulisan kita makin hari bisa semakin membaik, dan mulai bisa menemukan pembacanya.

Tulislah, dari hal-hal yang tidak bisa kita lupakan.
Dalam satu sesi diskusi perihal pelatihan penulisan beberapa waktu lalu bersama Maarif Institute dikota manado,  ada yang bertanya: "saya ingin menulis tapi perbendaharaan referensi buku yang pernah saya baca masih minim, jadi bagaimana, saya mau menulis apa?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun