Sedari saya duduk di bangku sekolah dasar (SD), saya sudah mulai tertarik untuk memainkan olahraga terpopuler sejagad raya ini. Ya, sepak bola.
Sepak bola memang selalu menarik bagi saya semenjak kecil, ketertarikan saya dengan sepak bola-lah yang mengantarkan saya terlibat di beberapa turnamen setingkat SD. Tidak sampai disana, ketertarikan itu terbawa sampai saya di Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, hingga hari ini ketika saya sudah di perguruan tinggi.
Terhitung sudah cukup banyak turnamen yang saya ikuti, di mulai dari tingkat sekolah, desa, kecamatan, hingga kabupaten. Sudah saya lakoni pertandingan demi pertandingan. Menang dan kalah itu sudah menjadi bahan evaluasi setiap kali bertanding.
Dari lapangan hijau saya tidak hanya semata bertanding, disana, saya mendapatkan banyak sahabat dan pelajaran berharga. Perihal kedisiplinan, solidaritas dan kerjasama team.
Yang dewasa ini sudah mulai terkikis dan sudah jarang saya dapati dalam pembelajaran hidup diluar lapangan hijau.
Dilapangan hijau yang berseberang dengan kita adalah lawan yang harus kita kalahkan, namun setelah pluit akhir di bunyikan tanda pertandingan selesai, apapun hasilnya, mau menang ataupun kalah, kita harus keluar lapangan dengan hati yang lapang dan tentunya kembali bersahabat dengan team seberang.
Prahara sepak bola indonesia dan cita-cita yang gagal.
Sederet nama yang saya kagumi di kanca persepak bolaan indonesia hingga dunia (Eropa/latin): Maman Abdurahman, Firman Utina, Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Budi Sudarsono, Ismed Sofyan, Feri Rotinsulu dan lain-lain. Itu untuk jajaran pemain indonesia, pun untuk pemain Eropa/Latin: Cristiano Ronaldo, Sneijder, Tiery Hendry, Frank Lampar, Van Der Sar, Rio Ferdinan, Puyol, Zinedine Zidane, Anrea Pirlo, Ronaldinho, Ricardo Caffu, Bechkam, dan masih banyak lagi.
Melihat masa kejayaan mereka dahulu memacu semangat saya untuk berlatih dengan gigih, bahkan saya sempat meninggalkan kelas pencak silat semasa sekolah hanya untuk ikut terlibat di latih bermain sepak bola. Dan benar keputusan saya tidak salah, saya cukup berprestasi semasa mengikuti turnamen.
Mulai dari menjuarai turnamen antar sekolah Se-Bolaang Mongondow Raya tingkat Madrasah, Desa, masuk skuat kecamatan, hingga masuk ke skuat Persibolmut U19.
Namun seiring dengan itu pula, makin kesini semangat dan cita-cita itu telah saya kubur dalam-dalam dan hanya menyisakan hobi saja, seiring dengan terpuruknya persepakbolaan indonesia beberapa tahun belakangan ini yang barangkali sudah menjadi rahasia publik.