Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toleransi dan Kota Manado

22 Agustus 2019   02:40 Diperbarui: 22 Agustus 2019   03:35 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://manadopostonline.com


Toleransi memang mau tidak mau, suka tidak suka harus benar-benar menjadi prinsip hidup masyarakat indonesia. Kenapa? Jawabanya adalah Kita hidup dengan berbagai macam perbedaan, suku, bahasa, tradisi, bahkan keyakinan, maka kira-kira penerimaan itu semua harus kita amini guna mempertahankan indonesia hari ini dan nanti pastinya.  

Kita bisa berkaca pada negara-negara tetangga yang sebenarnya tidak begitu banyak perbedaan suku, tradisi, bahasa, apalagi keyakinan. Justru mereka hari ini hidup di tengah negara yang hari-harinya terlibat konflik horizontal, segala akses terganggu mulai dari sekolah, proses ibadah menghadap ke sang khalik, kekurangan makanan dan air bersih dll. 

Semuanya itu di rasakan oleh saudara kita hari ini diluar pulau indonesia.

Di indonesia tentunya kita tidak mau hal itu terjadi, kita masih menginginkan indonesia yang aman dan damai, kita masih menginginkan bersekolah dengan aman, melaksanakan perintah tuhan dengan khusuk, mendapatkan makanan dan minuman yang layak. 

Maka sedari sekarang kita harus mau menerima dan mencari persamaan kita guna memperkokoh persatuan, dan kita bisa memulai dan belajar dari kota manado dengan segala kelebihan juga kekuranganya guna menjaga kota nyiur melambai ini tetap damai sentosa, bahkan sampai matahari terbit dari barat.

Merawat Indonesia adalah menerima apa yang berbeda. Indonesia tidak akan pernah bertahan lama walaupun memiliki berbagai alat pertahanan tercanggih sekalipun, jika tidak bisa menerima perbedaan sebagai fakta di bumi Indonesia. Barangkali memang terdengar sederhana dan tidak populer. 

Tetapi hal itulah yang perlu dan penting anak muda gaungkan kembali di berbagai ruang yang bernama "media sosial". Sudah menjadi rahasia publik bahwa pengaruh konten-konten negatif cukup mengganggu dan mengikis persatuan kita. 

Banyak di antara kita justru menjadikan perbedaan sebagai kata kunci untuk saling memusuhi, untuk saling mencaci, juga menjadikan perbedaan sebagai dalil untuk melakukan tindakan kekerasan antar sesama anak bangsa.

 "Tidak penting agama ataupun sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu (Gus Dur)".

SITOU TIMOU TUMOU TOU (Manusia Memanusiakan Sesama Manusia).

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Tharieq.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun