Mohon tunggu...
Farid Mamonto
Farid Mamonto Mohon Tunggu... Freelancer - Nganggur aja

Senang bercanda, sesekali meNUlis suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dhania dan Janji Manis ISIS yang Menyesatkan

6 Agustus 2019   14:34 Diperbarui: 6 Agustus 2019   21:16 36209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Bersama Dhania, sebelum berangkat balik jakarta, pasca menjadi pembicara di kota manado) | dokpri

Dhania menginformasikan apa yang dia baca di internet itu dan juga info yang dibawa oleh pamannya juga dari internet ke dalam keluarga mereka. Begitu juga pamannya, membawa informasi itu ke keluarganya.

Hingga akhirnya berangkatlah pada Agustus 2015, meski tidak semuanya bisa masuk karena beberapa ada yang terdeportasi. Tiba di Syiria, ternyata janji manis di berbagai artikel yang sering keluarga mereka baca perihal surga dunia dan akhirat itu tidak pernah ada. Yang pasti jauh dari islam, ucap Dhania.

Keluarga Dhania juga tidak hanya diam. Mereka terus-menerus menagih janji manis ISIS. Mereka juga banyak melakukan kegiatan amar ma'aruf nahi munkar oleh karena terlalu banyak penyimpangan yang terjadi di lingkungan mereka tinggal.

Dhania dan keluarga pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia atas saran pamannya yang telah terdeportasi juga. Sebab memang sudah tidak ada alasan kenapa mereka harus tetap tinggal di tengah situasi dan kondisi yang sangat jauh dari nuansa Islami.

Proses kepulangan mereka pun, kata Dhania, tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang. Mereka sempat menghubungi Kedutaan Besar Indonesia di Damaskus, Syiria, tetapi tidak bisa. Sebab kedutaan menyuruh keluarga Dhania harus keluar dulu dari wilayah ISIS, menyerahkan diri ke pemerintah Syiria, atau ke pemerintah Irak, dan itu tidak mungkin.

Mereka akhirnya menggunakan cara offline smagler, atau penyelundup orang-orang Syiria asli yang tidak suka dengan ISIS. Itu juga tidak berjalan dengan mulus. Justru mereka banyak mengalami penipuan yang dilakukan para penyelundup itu. Uang dan handphone raib dibawa kabur.

Beruntung mereka menemukan orang yang memang benar-benar mau membantu proses pelarian mereka dengan bayaran yang cukup murah untuk 17 orang, kata Dhania.

Perjalanan kurang lebih setahun mencari jalan pulang itu tidak juga berjalan mulus. Mereka harus melewati jembatan yang dibom, juga sungai dengan kondisi kapal atau perahunya sampai bolong.

Tembakan sniper pihak Kurdi juga mereka alami, karena Dhania dan lainnya memasuki wilayah Kurdi atau Syirian Democratic Forces (SDF), sekutu Amerika. Terhitung dua kali mereka ditembaki siang dan malam, hingga hari berikut mereka bisa keluar dan masuk check point SDF.

Selanjutnya mereka dipisah. Perempuan ditaruh di camp pengungsian PBB dan laki-laki dibawa ke penjara wilayah Kobane kurang lebih selama dua bulan. Lalu pemerintah menjemput mereka di perbatasan Syiria dan Irak. Pada awalnya sudah sempat putus asa tidak bisa pulang ke Indonesia, tapi berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya mereka bisa menginjakkan kaki di Indonesia pada 12 Agustus 2017.

Sebenarnya mereka juga dalam keadaan berduka karena 3 dari 19 orang yang pergi ke Syiria harus menghembuskan nafas terakhir di sana. Total yang kembali adalah 16 orang ditambah 1 orang yang pergi menyusul ayah dan ibunya. Jadi total mereka yang kembali adalah 17 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun