Mohon tunggu...
Fakhrur Roziq
Fakhrur Roziq Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Belajar Menulis teruuus

Selanjutnya

Tutup

Film

"Sexy Killers" Bobroknya Pemerintah

17 April 2019   11:57 Diperbarui: 17 April 2019   12:01 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film dokumenter yang "Ngeh" di tonton ----

YA, film ini bagus. Terutama sisi prolog, yang berbeda dari film lainnya. Mungkin, film ini menjadi sindiran buat penulis,  dan pembaca utamanya, bahwa negeri kita, negeri porno. Bagaimana tidak? Sisi prolog pertama, di mulai dengan perempuan sexi, yang justru tidak ada kaitannya dengan film tersebut, hanya pola pemasaran saja. Film dokumenter ini, di update oleh Watcdoc Image, pada 13 April 2019 dan berdurasi 1 jam : 28 menit : 56 detik, hingga saat ini sudah ditonton 12 juta lebih. Film ini bercerita tentang eksotisnya tambang batubara di Borneo -- Kalimantan Timur, dan hancurkan kelayakan hidup masyarakat setempat.

Yah, penulis tidak akan menyentuh banyak mengenai tambang batubara, hingga dampaknya bagi masyarakat setempat.  Hanya, penulis sedikit akan membahas pola atau karakter pemerintah. Film documenter, sebagus ini hanya ditonton beberapa persen dari jumlah masyarakat Indonesia. Itupun, harus diawali dengan perempuan eksotis dan baju mini. Baru ditonton. Parah.

Diakui atau tidak, negeri kita negeri yang parah. Kadang lucu, tak bisa menyelesaikan perosalan sendiri. Kadang, juga ngeri, saling cakar sendiri, hanya persoalan kasat mata. 

Negeri ini, tak becus ngurus soal isu kemanusian, apalagi ngurus soal dampak batubara, itu rasanya tidak mungkin. Pemerintah, hanya akan memberikan atipati apik, terhadap kasus, yang baginya mendapatkan point plus. 

Jika tidak, ditinggalkan. Prinsipnya, menyelesaikan satu masalah, merupakan asuransi bagi pemerintah, agar nanti jika mencalonkan kembali, mendapatkan hati masyarakat, dan goalsnya kembali terpilih.

Flash back saja. Hingga saat ini, kelayakan hidup di sekitar tambang tersebut tidak pernah dibahas pemerintah, apalagi media. Bagi media, follow-up, masyarakat setempat, tak bisa manaikkan ratting, atau mendatangkan iklan bagi media. Tidak ada. Bulshit !!. Bahkan menurut pengakuan setempat, pemerintah membunuh cita-cita mereka. 

Ya, cita-cita tinggi, itu kewajiban masyarakat, bukan pemerintah. Betull !! tapi pemerintah, mempunyai ikut andil dalam kehidupan pemerintah. Jika tidak, untuk apa ada pemerintah. Tujuan pemerintah adalah membuat hidup masyarakat layak, udah itu aja. Jangan banyak-banyak.

Borneo-Kalimantan, hanya bagian kecil dari kurang ajarnya dunia eksploitasi.  Dan kurang becus nya pemerintah memberikan pengawasan, utamanya Kementrian Lingkungan Hidup. 

Belum lagi di daerah lainnya, yang masyarakan belum berani melapor. Mau melapor bagaimana ? ada isu melapir aja,  langsung disikat. Masyarakat hanya menjadi tameng bagi pengusaha, atau bagi menteri nyang berafiliasi dengan perusahaan tambang.

TANGIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun