Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Perjalanan Dokter Indonesia, dari Pengobatan ke Pergerakan

24 Oktober 2020   09:15 Diperbarui: 28 Maret 2022   11:26 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksinasi di Jawa oleh dokter-djawa, circa 1910 | dok. KITLV

Misalkan, dengan membuka praktek di berbagai daerah atau dengan terjun langsung mengobati masyarakat yang terkena wabah penyakit, seperti cacar, pes atau kolera. 

Meski begitu, kenyataan yang mereka impikan untuk memajukan Hindia Belanda tidaklah begitu mudah. Pada satu sisi, para dokter bumiputra berkeinginan berada sejajar dengan masyarakat Eropa karena dirinya telah mendapat modernitas barat. Namun demikian, menjadi 'Eropa' pada masa itu adalah hal yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin terjadi. 

Mereka terbelenggu segregasi etnis yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda bahwa kedudukan bumiputra dibawah orang Belanda. 

Belenggu tersebut, salah satunya, terjadi ketika mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka digaji lebih rendah dibanding dokter Eropa oleh pemerintah Hindia Belanda. Atas kenyataan inilah mereka terus bergerak untuk memikirkan kemajuan Hindia Belanda dalam hal keadilan bagi masyarakat bumiputra. 

Melalui pergerakannya di organisasi dan parlemen serta gagasan-gagasan yang tersebar di berbagai media, mereka melahirkan keputusan-keputusan politik yang berpengaruh di Hindia Belanda. 

Lahirnya keputusan politik menandai bahwa mereka tidak hanya memikirkan pengobatan atau ranah medis saja, melainkan sudah bergerak aktif ke ranah pergerakan politik untuk menentukan masa depan suatu bangsa. 

Mereka telah berupaya untuk mengobati bangsa atas dua penyakit yang menjangkiti Hindia Belansa, yakni penyakit dalam arti kesehatan dan "penyakit" dalam arti politis. Dalam arti medis, mereka telah berusaha membebaskan masyarakat dari jeratan penyakit secara medis. Sedangkan dalam arti politis, mereka telah berupaya membebaskan masyarakat dari "penyakit" ketidakadilan yang membelenggu masyarakat bumiputra. 

Dengan kata lain, para dokter bumiputra telah menjadi salah satu aktor dalam melahirkan pemerintahan republik bernama Indonesia.

Daftar Pustaka

  • Nagazumi, Akira. (1989). Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918. Jakarta: Sinar Harapan.
  • Pols, Hans. (2019). Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia. Jakarta:  Penerbit Kompas.
  • Ravando. (2020), Perang Melawan Flu Spanyol: Pandemi Flu Spanyol di Indonesia Wilayah Kolonial 1918-1919. Jakarta: Penerbit Kompas.
  • Ricklefs, M.C. (2006). Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004. Jogyakarta: UGM Press
  • Scherer, Savitri Prastiti. (1985). Keselarasan dan Kejanggalan: Pemikiran-pemikiran Nasionalis Jawa Awal Abad XX. Jakarta: Sinar Harapan
  • Vlekke, Bernard. (2016). Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas.

Penulis
Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa program studi pendidikan sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Tulisannya berfokus pada kajian sejarah kesehatan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun