Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum 1975 dan Tersingkirnya Sejarah

10 Juli 2020   11:49 Diperbarui: 19 Juni 2022   00:40 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan mempelajari sejarah, kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk memperbaiki kehidupan sekarang dan masa depan.  

Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah, selain untuk memberi pengetahuan kesejarahan pengalaman manusia pada masa lampau juga mengajarkan kepada peserta didik akan jati dirinya sebagai warga masyarakat dan bangsa Indonesia. 

Rupanya peran strategis sejarah sebagai sarana penanaman dan pembentukan jati diri bangsa sempat mengendur pada masa orde baru, tepatnya pada kurikulum 1975. 

Dalam kurikulum 1975, posisi sejarah sebagai suatu pelajaran yang mandiri tersingkir akibat integrasi sejarah ke dalam IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).

Seputar Kurikulum 1975

Pada masa itu, terjadi perubahan fundamental pada organisasi mata pelajaran (singkatannya mapel). Untuk pertama kalinya, kurikulum Indonesia menerapkan pendekatan integrated dalam organisasi mata pelajaran, yakni dengan menggabungkan beberapa pelajaran ke dalam satu rumpun pelajaran.

Pendekatan ini dikenakan pada hampir semua mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum termasuk IPS (Sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi) dan IPA (Fisika, kimia, biologi) sedangkan matematika dan bahasa tetap berdiri sendiri. 

Tujuan mengelompokkan mata pelajaran dalam kurikulum 1975 adalah untuk menyederhanakan disiplin yang banyak dan perampingan pelajaran. Dampaknya, porsi mata pelajaran berubah dan harus dibagi-bagi dengan disiplin ilmu lainnya. 

Hal tersebut menimpa juga ke mata pelajaran sejarah. Sejarah yang sebelumnya berdiri sendiri dan sepenuhnya dapat menjadi sarana penanaman nilai kebangsaan mengendur ketika tergabung ke dalam IPS akibat porsi waktunya yang berkurang akibat harus dibagi-bagi dengan pelajaran lain.

"Akibatnya secara psikologis minat belajar siswa kurang, karena menganggap mata pelajaran sejarah tidak penting dan hanya bagian dari IPS", tulis Umasih dalam tesisnya "Sejarah Pendidikan Indonesia: Sebuah Telaah Atas Perubahan Kurikulum Sejarah Indonesia Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 1975-1994" (2000).

Sekilas mengenai kurikulum 1975 dan lahirnya IPS. Sebelum pengesahan kurikulum 1975, para pengembang kurikulum Indonesia berkunjung ke Amerika Serikat untuk studi banding. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun