Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Melihat kembali Sejarah Program Keluarga Berencana

29 Juni 2020   12:16 Diperbarui: 28 Maret 2022   11:29 2804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: banggaikab.go.id

Setiap tahunnya pada tanggal 29 Juni di Indonesia diperingati sebagai hari keluarga nasional. Peringatan hari keluarga merupakan upaya untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia, betapa pentingnya suatu keluarga. 

Keluarga mempunyai peranan dalam upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dari keluargalah kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul. Salah satu titik perhatian dalam hari keluarga nasional adalah program keluarga berencana atau KB.

Program keluarga berencana sudah digembor-gemborkan sejak dahulu. Dalam sejarahnya program ini sudah menjadi bahan perbincangan sejak Soekarno berkuasa khususnya di kalangan intelektual dan kaum wanita. 

Salah satunya ialah dr. Sulianti Saroso yang pada tahun 1952  dengan lantang menyuarakan pembatasan kehamilan. Akan tetapi, aksinya mendapat teguran dari Soekarno dan Menteri Kesehatan, Leimena, karena Soekarno kurang setuju dan berpandangan bahwa hal tersebut merusak moral negara. Dalam pandangannya, kontrasepsi hanya dapat disetujui dengan maksud untuk mengatur jarak kelahiran demi menjaga kesehatan ibu.

Rupanya, langkah tersebut tak menyurutkan semangat untuk menyuarakan gagasan KB. Terdapat beberapa gerakan yang mendorong dilaksanakannya program pembatasan kehamilan. 

Sebagai awalan, menurut Taufik Abdullah, dkk dalam Indonesia dalam Arus Sejarah jilid 8: Orde Baru dan Reformasi pada tahun 1952 didirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) dengan tujuan mengatur kehamilan demi kesehatan ibu dan anak. 

Selanjutnya, pada tahun 1957 suara mengenai pentingnya KB kembali mencuat dan berkembang luas di kalangan masyarakat. Alasannya ialah karena tingginya angka kematian ibu dan bayi serta rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Hingga akhirnya, dibentuk Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI pada tahun 1957 sebagai titik awal kesadaran pentingnya perencanan keluarga.

"Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-keluarga yang sejahtera melalui tiga macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan", tulis BKKBN pada laman resminya.

Pergantian kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membawa harapan yang baik untuk program KB. Dengan semangat pembangunan, program KB menjadi agenda utama gerakan pembangunan orde baru.

"Ide dasar program pembangunan kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia merupakan landasan filosofis pemerintah untuk merumuskan kebijakan kependudukan secara menyeluruh", tulis Broto Wasisto, dkk dalam Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2009.

Program KB mutlak dilakukan setelah Soeharto pada awal kepemimpinanya meratifikasi 'Deklarasi Kependudukan Sedunia'' sehingga secara tidak langsung Indonesia mempunyai keterikatan dengan masalah kependudukan internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun