Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenangan Heroisme Dokter Pejuang: Biografi dr. Abdul Rivai

17 April 2020   10:54 Diperbarui: 11 Juli 2020   11:46 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram.com/alirezapakdel_artist 

Persebaran virus korona yang telah menjangkiti 5.000 orang lebih di Indonesia (per 17 April 2020, pukul 08.00) terus menjadi perhatian masyarakat. Bagi tenaga medis, angka tersebut sangatlah besar dan membuat tugas mereka semakin berat sehingga bisa dibilang semakin keteteran.

Terlebih, tenaga medis terkadang berjuang melawan korona dengan alat yang minim dan sangat berpotensi tertular virus tersebut. Peranannya yang mulia ditengah situasi pandemik yang penuh tantangan ini, membuat mereka yang berada di garda terdepan pantas diberi gelar pahlawan kemanusiaan.

Perjuangan para tenaga medis tersebut mengingatkan saya mengenai peranan tenaga medis, khususnya dokter, dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia.

Ratusan tahun yang lalu tepatnya dalam kurun waktu tahun 1900-an terdapat pergolakan di Hindia-Belanda, salah satunya ditandai dengan hadirnya kaum intelektual yang menumbuhkan semangat kebangsaan.

Sejak zaman kolonial, peran ini salah satunya melekat dalam diri para dokter pribumi, yang biasa disebut dokter-dokter Hindia-Belanda. Melalui sekolah dokter STOVIA di Batavia dan NIAS di Surabaya mereka tak hanya "bermain" di ranah kesehatan, melainkan juga masuk ke ranah pergerakan kemerdekaan.

Dengan kata lain, mereka turut memberi sentuhan dan warna dalam proses penyebaran wawasan kebangsaaan. Mereka berjuang melawan dominasi kolonial melalui ilmu---sains dan kedokteran---yang mereka punya dan memanfaatkan ilmunya untuk menaikkan derajat pribumi dalam upaya membebaskan belenggu kolonialisme Belanda.

STOVIA kerapkali menjadi tempat lahirnya para tokoh pergerakan. Sederet nama pun menghiasi tokoh pergerakan nasional yang lahir dari rahim sekolah kedokteran antara lain dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Soetomo, dan lainnya. Pendidikan kedokteran tidak hanya sebatas memperolah banyak pengetahuan dan menguasai sejumlah keterampilan, tetapi juga sangat mengubah sikap dan kemampuan berpikir pelajar. Dalam cara berpikir, mereka sangat yakin akan ilmu kedokteran yang mereka miliki. Mereka menganggap ilmu kedokteran sebagai ilmu rasional dan ilmiah sehingga mereka bangga bersekolah demi profesi masa depan mereka. 

Para instruktur mengubah dan membangkitkan rasa rasionalitas dan moral dalam diri pribumi, dari primitif menjadi modern. Para siswa percaya bahwa  ilmu sains dan kedokteran yang mereka punya dan jika dimanfaatkan ilmunya dapat berguna untuk masyarakat. Kegunaan tersebut untuk menaikkan derajat pribumi dalam upaya membebaskan belenggu kolonialisme Belanda. Salah satunya terlihat ketika mereka berkunjung ke perkampungan dan melihat banyak anak kecil yang meninggal karena berbagai penyakit yang tidak diobati.

Dari sederet nama yang ada terdapat satu nama yang tidak setenar tokoh lainnya, tokoh tersebut ialah dr. Abdul Rivai, dokter pertama lulusan Sekolah Dokter Djawa (Kemudian STOVIA) yang kemudian menerima pendidikan medis lanjutan di Belanda

MENGENAL ABDUL RIVAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun