Politik Kursi
Tahun 2024 masih dua setengah tahun lebih lagi namun ribut-ribut kursi nomor satu dan dua bagai magnet yang menarik orang-orang terkhusus partai politik, politisi dan lembaga survei.
Melakukan pertemuan untuk negosiasi dan lobi antara partai politik baik di bawah meja dan di atas meja namun kursi tetap di sekitar meja.
Para politisi menghitung-hitung plus dan minus siapa yang cocok menurut partai politik untuk duduk di kursi nomor satu dan dua serta bagaimana penerimaan rakyat.
Lembaga survei politik memunculkan nama-nama hasil dari responden ke beberapa orang dan kalangan. Nama-nama itu dimunculkan ke publik supaya ramai diperbincangkan. Â Â
Apakah kursi itu menarik bagi masyarakat? Sejauh mana kursi itu bermanfaat bagi masyarakat? Mengapa kita meributkan kursi, bukan siapa yang cocok untuk siapa yang mendudukinya? Ah, politik kursi masih sebatas prosedural, belum substansial.
Hakikat politik kursi adalah membuat orang yang duduk di kursi nyaman dengan fasilitas yang diperoleh. Karena itu, meskipun buat pusing bagaimana cara mendapatkan tapi ia dikejar-kejar. Aneh, kan?
Bagaimana dengan politik kursi prosedural dan substansial? Demokrasi menjadi contoh bagaimana berbeda prosedural dan substansial.
Demokrasi prosedural dimaknai memilih presiden, anggota legislatif, gubernur, bupati dan walikota lima kali setahun. Substansi demokrasi untuk menyejahterakan rakyat, silakan nilai sendiri. Â
Kata magnet terambil dari kata "Magnesia" yang merupakan nama daerah di Asia. Di Magnesia ini, orang-orang Yunani menemukan sifat magnetik dari bebatuan yang mampu menarik biji besi. Magnet merupakan batu magnesium yang dapat menarik logam dan besi.