Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Dusun Mayat Jati

27 Desember 2020   10:04 Diperbarui: 30 Desember 2020   18:40 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rumah di hutan. (sumber: pixabay.com/henryleester)

Angin sepoi-sepoi membuat mata Jati berat lalu tertidur. Mimpi bertandang ke dalam tidur Jati tanpa diundang. Kata orang-orang, mimpi merupakan bunga tidur.

Tapi, apa yang dimimpi Jati untuk mengisi perut dengan sesuap nasi saja harus bergerilya dari rumah ke rumah.

Dalam mimpi, malaikat maut mendatangi Jati dan bertanya, "Sudah selesaikah semua yang anda inginkan di dunia ini?"

Jati terpekur mengingati apa saja yang pernah diperoleh selama ini. Ingatan memutar ke masa lampau. "Kaya dan terpandang pernah, rumah termegah di antero Dusun Jati," ucap Jati dalam hati.

Malaikat maut menatap lama ke wajah Jati yang sedang berdialog dalam hati. Ujar malaikat maut lagi "Aku menunggu jawaban anda, tolong segera!"

Jati tak mendengarkan ujaran malaikat maut karena berdialog seru dalam hati. "Ehem," Malaikat maut berdehem. Jati tersentak dan menyadari kesalahan yang dilakukan.

Jati menjawab "Aku sudah selesai dengan urusan di dusun ini tapi tidak..." Seketika tubuh Jati kaku terbujur dan napas terhenti. Hening.

Beberapa hari kemudian bau busuk mayat menyengat hidung para penghuni rumah megah, berpintu kayu jati bercat emas dan berpekarangan luas di Dusun Jati. Pekerja penebang kayu jati menguburkan Jati di bawah sebuah pohon jati.

Hutan jati oleh orang-orang kaya berumah mega, pintu kayu jati bercat emas, dan berpekarangan luas juga dijadikan tempat piknik di hari Minggu dan hari libur.

Orang-orang kaya itu membawa keluarga kala berpiknik dan para bapak-bapak cukong kayu jati bercerita tentang kepribadian Jati yang dulu ketika menjadi bos kayu jati, sebelum menjadi peminta-minta.

"Jati dulu orang terkaya di dusun kita," ujar Pak Rahmat cukong kayu jati yang pernah jadi buruh Jati selama 20 tahun dan sering dibentak-bentak, dipukuli hanya karena memotong ukuran kayu jati untuk dijadikan kursi tidak sesuai dengan perintah Jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun