Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seperti Badut

18 Oktober 2020   01:57 Diperbarui: 18 Oktober 2020   02:36 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Pixabay.com

Seperti Badut

Badut merupakan pekerjaan tertua dalam dunia hiburan. Pekerjaan badut telah ada sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

Pekerjaan badut bertujuan untuk menghibur orang-orang kaya yang stres dan mencari nafkah dengan melakukan pertunjukan hiburan di jalan-jalan yang ditonton orang banyak.

Ketika badut akan tampil di panggung pertunjukan atau di jalanan mesti mempersiapkan diri memoles wajah dengan bedak tebal, berpakaian warna-warni dan akting lucu untuk memancing tawa penonton.

Seiring perkembangan zaman maka pengertian badut mengalami pengubahan dan perluasan makna. Badut tak lagi diartikan dan dimaknai seperti di zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno itu.

Pengertian dan perluasan makna ini terjadi karena ada sebagian orang yang tidak berprofesi sebagai badut namun tingkah laku mereka persis seperti badut.

Mereka yang persis seperti badut ini merupakan orang-orang yang diharapkan mengubah nasib sebuah bangsa ke arah lebih baik karena menentukan kebutuhan orang banyak.    

Namun, harapan itu bagai panggang jauh dari api. Harapan-harapan hanya membuncah lima tahun sekali karena buaian janji yang melenakan.

Apakah semua mereka itu persis seperti badut, tentu tidak. Masih ada orang-orang yang tidak ingin persis seperti badut dengan menunaikan apa yang dijanjikan kepada orang banyak namun jumlah orang-orang yang tidak mau seperti badut ini sedikit.

Jumlah yang sedikit ini kemudian dikalahkan oleh orang-orang seperti badut ketika membuat kebijakan dan keputusan yang mementingkan golongan dan kelompok tertentu dan memicingkan mata pada kebutuhan banyak orang.  

Ini bukan tentang berpihak kepada siapa namun apa tujuan sesuatu itu dilakukan dan bagaimana melakukan dengan cara yang benar sebab sesuatu yang dimulai dari yang salah maka ke ujung kan semakin banyak kesalahan yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun