Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Filsafat Labirin

13 Agustus 2020   17:32 Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:56 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi labirin: Photo by Ashley Batz on Unsplash @ashleybat

Sebilah pedang dan seutas benang mampu mengakhiri labirin yang rumit dan membunuh Minotaur.

Filsafat Labirin, Tersesat, Bertanya dan Menemukan Kebenaran
Sekilas labirin tiada berkaitan dengan filsafat yang menemukan kebenaran secara mendasar/mendalam dengan bertanya, bertanya dan bertanya.   

Filsafat merupakan penemuan kebenaran yang kadangkala harus 'tersesat' di belantara kebenaran dengan bertanya, bertanya dan bertanya. Istilahnya tersesat di jalan yang benar.

Bertanya, bertanya dan bertanya secara mendasar/mendalam merupakan senjata filsafat. Tujuannya memperoleh kedalaman suatu pemahaman tentang apapun itu.

Contoh tentang 'kursi' yang diperebutkan ketika musim pemilu dan pilkada yang memilih capres-cawapres, anggota dewan, gubernur, bupati, walikota.

Ketika filsafat mempertanyakan kursi. Ia bukan bertanya tentang bagaimana cara membuat kursi yang baik, empuk dan nyaman diduduki oleh pemenang pemilu atau pilkada

Tapi  mempertanyakan secara mendasar/mendalam, apa itu hakikat kursi? Mengapa kursi diperebutkan? Bagaimana cara yang benar bagi orang yang telah memperoleh kursi itu untuk mensejahterakan rakyat?

Pertanyaan mendasar/mendalam filsafat tentang kursi itu terjadi karena 'tersesat' memahami kursi sebagai fisik untuk tempat duduk saja.

Dan kebenaran yang ditemukan dengan bertanya, bertanya dan bertanya untuk kedalaman pemahaman bahwa kursi hakikatnya kenyamanan dan kesenangan karena itu menggoda untuk diperebutkan.

JR
13.08.2020
[Ditulis untuk Kompasiana.com]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun