Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Agama Uang

3 Februari 2020   21:34 Diperbarui: 3 Februari 2020   22:52 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by picbear.org

Kala Nabi diutus Tuhan kepada manusia membawa agama supaya manusia selamat dunia dan akhirat. Pun kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau jadi agama adalah tidak kacau atau damai. Pesan dari guru ngaji bernama Ibnu Aqil di kampung tiga puluh lima tahun yang lalu itu berdenging kuat kembali di kepala Alif.

Alif sekarang sudah jadi orang kaya bermandikan rupiah, bermobil merek ternama keluaran edisi terbatas buatan luar negeri, rumah mewah bertingkat tiga, tinggal di Kota Qarun. Berbeda nian dari dulu.

Dulu. Alif dari keluarga tidak mampu dan mapan. Ayah tiada ketika Alif usia satu tahun. Menyusul Ibu meninggal satu tahun kemudian. Usia dua tahun, Alif diasuh besarkan oleh kakek dan nenek dari pihak ibu. Kakek bernama Datuk Terbanggi sedangakn nenek bernama Rabiah.

Kenangan Alif kepada ayah dan ibu sesuatu yang melekat samar-samar. Apa yang bisa diingat dari anak yang satu tahun bersama ayah kemudian tiada dan usia dua tahun disayang ibu yang pun menyusul ke alam kubur. Kakek dan Nenek lah jadi tempat bersandar informasi tentang bagaimana ayah dan ibu. Untung potret lama ketika ayah dan ibu menggendong Alif di usia tujuh bulan terpacak di dinding rumah yang jadi pertanda bahwa pernah suatu masa bersama.

Diasuh besarkan oleh Kakek Datuk Terbanggi dan Nenek Rabiah dalam kesederhanaan hidup membuat Alif menjadi anak yang menghargai seberapa kecil dan besar hasil usaha yang diperoleh. Alif menjadi remaja usia enam belas tahun yang serba merasa syukur dan cukup dengan apa yang ada.

Untuk membuat dapur berasap sekaligus membantu ekonomi kakek dan nenek maka Alif bekerja di terminal pasar Saiyo sebagai kuli angkut barang dari pagi sampai sore. Malamnya Alif mengaji di surau Zu'ama.

Sekolah Alif adalah terminal pasar Saiyo dan surau Zu'ama.  Terminal pasar Saiyo mengajarkan kerja keras, kekuatan, perkawanan, berat sama dipikul ringan sama di jinjing. Surau Zu'ama bertuahkan pesan-pesan agama untuk kebahagiaan Alif di dunia dan akhirat. 

Di terminal pasar Saiyo, Alif bagaikan Singa yang bekerja penuh semangat demi diri dan kebahagiaan kakek nenek di rumah. Di surau Zu'ama, Alif menjadi pertapa suci yang menghayati kata demi kata pesan agama hingga merasuk ke dalam batin.

Alif tumbuh dewasa dengan lika liku hidup yang dijalani. Telah merasa cukup menimba ilmu dan pengalama maka Alif meminta izin merantau kepada kakek dan nenek. Ini kebiasaan para bujang di kampung Rahmat dimana Alif tinggal. Seperti bunyi petatath petitih "Karantau madang dihulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di rumah baguno balun."

Bertahun-tahun lamanya Alif merantau ke Kota Qarun hingga jadi orang yang sukses bergelimang uang. Sifat serakah, congkak, tidak pernah merasa puas dan cukup pada yang dimilki mulai jangkiti hati Alif. Segalanya ingin lebih. Dari minum satu ember air ingin minum satu kolam air.

Keserakahan Qarun yang hidup di masa Nabi Musa mewujud ke dalam diri Alif. Uang adalah "agama" Alif. Dengan "agama" uang maka kedamaian akan tercipta. "Agama" uang satu-satunya yang membuat manusia hidup bahagia. "Agama" uang teman sejati manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun