Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki Batu

31 Januari 2020   19:00 Diperbarui: 31 Januari 2020   18:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by posbagus.com

Lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut baru saja selesai mengajar di sebuah kelas. Wajah mahasiswa tampak tegang dan hati gundah gulana namun hilang kala si lelaki itu keluar kelas. Ini pertemuan kedelapan dalam perkuliahan dari dua belas pertemuan yang dijadwalkan.

Masih sama. Lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut sulit menghadirkan senyum di wajah, menghadirkan hati, dan bergurau dengan mahasiswa kala mengajar di kelas. Oleh beberapa orang mahasiswa, ia digelari lelaki patung. Dan sebagian lagi menyebutnya lelaki keras.

Lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut dulunya merupakan lulusan dari sebuah perguruan tinggi dengan mengambil jurusan hukum. Apa yang ada di hadapannya atau apapun yang dialami ia timbang dengan hukum, dengan hati hitam putih dan ingin menghukum setiap orang. Lambat laun hatinya hitam.

Lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut ini selalu memancing keributan di tempat kerja. Rekan kerja mulai menjauh. Mahasiswa mulai enggan tapi tetap terpaksa juga berkuliah. Benih-benih perlawanan mulai timbul dari hati-hati yang dongkol.

Lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut tak menyadari itu. Hatinya telah mengeras melebihi batu. Sehingga batu-batu pun bertanya-tanya, "Mengapakah hatinya lebih keras dari kita?"

Batu-batu mencari tahu dengan bertanya ke sesama batu ke sana kemari. Dari sesepuh batu dimana lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang, berjanggut pernah melewati masa kecilnya dulu. Hingga ke sesepuh batu yang pernah jadi saksi dimana lelaki itu pernah berkuliah, bertempat tinggal dan bagaimana lelaki itu bersosial dengan orang lain.

Usai mengumpulkan informasi yang diperoleh maka batu-batu berkumpul untuk memberikan pelajaran kepada lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut karena dianggap mencemari nama baik batu selama ini.

Ada batu yang mengusulkan supaya lelaki berkupiah putih, berkulit sawo matang dan berjanggut putih itu ditimpuki batu yang lebih besar kala ia tidur sehingga tak bisa bangun lagi. Ada batu yang mengusulkan, kepalanya saja yang dilempari batu sampai pecah tak bernyawa. Usul itu dipertimbangkan oleh sesepuh batu secara cermat dan teliti. Sekian lama menunggu maka keluarlah keputusan dikutuk saja menjadi batu.   

JR

Curup

31.01.2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun