Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi "Kitab Suci Kesatria Cahaya" Karya Paulo Coelho

2 Mei 2019   16:18 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:53 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar diambil dari ebooks.gramedia.com)

 

Sastra (novel dan cerpen) kita baca bukan karena susunan katanya yang indah melainkan karena dia mengusung nilai-nilai kemanusiaan_Farid Gaban_

Kesatria cahaya mengetahui kuasa di balik kata-kata _Paulo Coelho_

Hidup yang dijalani manusia tak selalu mulus dan lancar. Umpama jalan yang dilalui kendaraan adakalanya naik mendaki, turun meluncur, belokan bertikung tajam, jalan yang rusak berlobang dan bergelombang. Di perlukan kesabaran, ketabahan, stamina yang kuat, pertimbangan pikiran yang matang agar sampai pada tempat yang dituju dengan segala rintangan itu. Kesulitan-kesulitan dalam perjalanan harus dihadapi pengemudi agar sampai ditempat tujuan dengan selamat.

Hidup yang dijalani manusia pun seperti itu. Adakalanya hadang rintang yang tinggi untuk di daki supaya tertaklukkan, keberuntungan, kebahagiaan yang di rasa sesaat kemudian jatuh meluncur ke jurang duka nestapa tak terelakkan. Tikungan nasib yang tak menentu. Diri yang kadangkala menebar kebaikan dan kadangkala juga berbuat kerusakan. Agama dan akal yang dimiliki diri sebagai 'rem' tak selalu mampu mengerem total karena nafsu syahwat berusaha membobol benteng pertahanan diri.

Kata sebagai Pengingat Manusia

Manusia memerlukan kata-kata yang terus menerus diucapkan dan ditulis  supaya manusia berbuat di jalan benar dan tidak terjerambab jatuh ke lubang yang sama kali kedua. Kata-kata yang diucapkan dan dituliskan beri kesadaran bagi manusia akan apa yang di lakukan? Bagaimana melakukannya? Mengapa dilakukan dan untuk apa?

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa juga beri motivasi bagi manusia kala terpuruk, sedih, kecewa, gagal supaya tak larut dalam. Pun ketika bergembira ria, senang, bahagia di hadapi dengan sewajarnya saja.

Buku (kata yang dituliskan) Kitab Kesatria Cahaya Paulo Coelho 'mempersiapkan' manusia menghadapi terjal kehidupan yang dialami. Seperti Kesatria yang akan berlaga di medan laga (kehidupan) maka segala kecermatan strategi di perhitungkan dengan matang agar berujung kemenangan. Pun kematangan taktik, analisis kelebihan dan kekurangan lawan dilakukan.

Namun di Kitab Suci Kesatria Cahaya ini sang kesatria adalah diri sendiri (manusia sebagai kesatria) yang harus menaklukkan diri (internal) dan di luar diri (eksternal) agar menjadi cahaya di tengah harapan dan ketidakpastian hidup.

Bagi Coelho setiap diri mampu menjadi kesatria cahaya dengan caranya masing-masing dan Coelho membantu setiap orang menemukan siapa diri kita dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.

Diri manusia untuk menjadi kesatria cahaya kadang-kadang berperilaku seperti air, mengalir memutari penghalang-penghalang jalannya. Aliran air sungai menyesuaikan diri dengan alur apa pun yang tampak mungkin, tetapi sang sungai tak pernah melupakan tujuannya, yakni laut. Meski sangat rapuh dari sumber-sumber mata airnya, perlahan tapi pasti dia mengumpulkan kekuatan demi kekuatan dari sungai-sungai lain yang dijumpainya (Paulo Coelho di cover buku Kitab Suci Kesatria Cahaya).

Kekurangan dan Kelebihan Kitab Suci Kesatria Cahaya

Buku Kitab Kesatria Cahaya karya pena Paulo Coelho diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dalam edisi Bahasa Indonesia. Buku Coelho yang saya miliki ini adalah cetakan ketiga, Juni 2017. Jumlah halaman 152.

Beberapa sisi kelebihan dan kekurangan dari buku ini yaitu, pertama, tidak memiliki daftar isi. Sehingga kesulitan ketika ingin mengetahui apa saja isi dari buku ini. Kedua, dengan jumlah halaman yang tidak begitu banyak dan ukuran 20 sentimeter serta kertas koran sehingga ringan dan tidak berat ketika dibawa kemana-mana.   

Kelebihan lain buku ini, ia bagaikan intan yang setiap sisinya memancarkan kemilau kebijaksanaan dengan untaian kalimat-kalimat yang dituliskannya. Tergantung kita ingin melihat kemilaunya dari sudut mana. Sekujur tubuh buku ini berisikan pesan-pesan bagi manusia (diri sendiri) jika ingin menjadi kesatria cahaya sebagaimana sebagiannya tertulis dibawah ini.

Ketika kesatria cahaya melakukan sesuatu (berjuang) maka kepada siapa ia persembahkan, maka menurut Coelho, "Kesatria cahaya harus mematuhi perintah-perintah dari Yang Esa, sebab untuk Dia-lah (Tuhan) sang kesatria mempersembahkan perjuangannya."

Seseorang untuk menjadi kesatria cahaya, ia tidak boleh menghalalkan segala cara, "Seorang kesatria cahaya tahu bahwa tujuan tidak menghalalkan segala cara."

Manusia tak dapat lari dari segala kenangan manis dan pahit yang hinggap dan memburu di dalam pikiran tapi untuk menjadi kesatria cahaya maka "Sang kesatria memiliki kenangan, tetapi dia belajar untuk memilah-milah kenangan yang bermanfaat dari yang tidak perlu; dia membuang sampah-sampah emosionalnya."

Dimana ada kemudahan disitu ada kesulitan. Lalu apa yang harus dilakukan kesatria cahaya dengan kesulitan-kesulitan yang pernah di alami. "Simpanlah selalu dalam ingatanmu, selama sisa hidupmu, hal-hal baik yang muncul dari kesulitan-kesulitan yang engkau alami. Hal-hal baik itu akan menjadi bukti atas kemampuanmu dan akan memberimu keyakinan diri saat engkau dihadang oleh rintangan-rintangan lain lagi."

Manusia yang ingin menjadi kesatria cahaya pernah tanpa sengaja mengambil jalan keliru dan terjatuh ke dalam jurang gelap dan airnya dalam. Menghadapi ini kesatria cahaya mengingati petuah gurunya, " Ingatlah satu hal," jawab gurunya. "Engkau tidak mati tenggelam hanya karena tercemplung ke dalam air, tetapi engkau akan mati tenggelam jika tetap berada di bawah permukaan air." Dan sang kesatria pun mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang serbasulit itu.

Buku pada umumnya, menyimpan potret kegiatan berpikir dan bertindak para pengarangya. Pengalaman kesulitan dan kemudahan mereka tumpahkan melalui huruf-huruf yang terabadikan sebagai pelita penerang bagi generasi mendatang kala gelap hampiri.

Buku Kitab Suci Kesatria Cahaya merekam kebijaksanaan dari agama Timur (Tao, Zen, Budha) Islam, Yahudi, Kristen, para pemikir filsuf, para tokoh agama yang patut kita renungkan dan lakukan supaya menjadi pribadi yang penuh dan utuh.

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama baik dan karya. Orang-orang yang memilih jalan sebagai kesatria cahaya tak selalu mudah, tetapi dia menerima itu semua (kesulitan dan kemudahan) dengan berjuang tiada lelah untuk terpenuhinya legenda dirinya.

Izinkanlah saya menutup tulisan tentang buku Kitab Kesatria Cahaya ini dengan mengutip kata-kata bermakna dari Kahlil Gibran, "Kupu-kupu yang melayang-layang di atas lampu sampai mati kelelahan lebih mulia ketimbang tikus got yang menyembunyikan diri di terowongan gelap."

JR

Curup

02.05.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun