Jika digabung ketiga kata maka "Puisi Sosial Rendra" yang dilihat adalah puisi-puisi dibuat oleh Rendra yang ada kritik sosial terhadap penguasa atau siapa pun yang mencukongi dan buat rakyat ditindas,miskin sengsara atau orang-orang "kuat" yang menindas orang-orang lemah.
Sebagaimana ditulis diatas bahwa dihargainya realitas oleh Rendra tapi bukan berdiam diri dengan ketimpangan realitas yang ada dan terjadi sengaja dibuat oleh penguasa saat itu tapi dilawan oleh Rendra dengan dituangkan dan ditumpahkannya dalam kata-kata (puisi) dan dituliskan serta dipentaskan di berbagai tempat dan kota supaya membakar amarah rakyat yang menolak tunduk patuh pada ketertindasan atas nama "politik sebagai panglima."
Bacalah puisi sosial Rendra dibawah ini yang berkisah situasi keadilan negeri yang justru dilakukan rakyat dengan penuh lika-liku kesulitan bukan dilakukan oleh penguasa tiran yang jauh dari kata adil.
Keadilan di dalam alam
boleh dilihat, boleh ditunggu.
Keadilan di masyarakat
harus dijaga tanpa ragu.
Keadilan di masyarakatÂ
tidak datang dari langit
harus dibina dengan keringat
harus dicapai walaupun sulit.
Atau lewat cinta murkanya, Rendra memberi penyadaran pada penonton betapa roh (sosial) manusia akan tetap kecewa bila waktu hidupnya tak diisi sikap yang bulat menentang.
Sekarang setelah aku mati
Baru aku menyadari
Bahwa ketakutan membantu penindasan,
Dan sikap tak berdaya
Menyuburkan ketidakadilan(Kesaksian Bapak Saija)
Nyanyian Adinda Saijah, tentang seorang gadis desa lemah yang dipukau seorang mandor kuat dan terjerembab ke dunia pelacuran hingga terlunta-lunta dan terbuang ke pinggir jalan. Pengusaha dan penguasa tutup mata terhadap pelacuran pabrik.Â
Pabrik dan pelacuran
adalah satu pasangan
Orang Korea, Jepang dan Jerman
Semua sudah aku rasakan
Adalah Cilegon aku pertama terkena rajasinga,
bagaikan barang rongsongkan
nilaiku merosot
menjadi pelacur ketengan....
Aku bercampur dengan mereka
Cendawan-cendawan kehidupan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!