Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jangan Paksakan Aku Menulis Tentang Dirimu

7 Oktober 2024   03:30 Diperbarui: 7 Oktober 2024   04:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: yoursay.id

Dalam keheningan malam yang sepi, saat bintang-bintang berkelip lembut di langit, aku sering teringat padamu. Bayanganmu hadir seperti embun pagi yang menyegarkan, namun dalam keremangan ini, aku bertanya-tanya, bisakah aku menuliskan semua ini? Kata-kata terhambat di tenggorokanku, seolah enggan keluar, takut merusak keindahan kenangan yang tersimpan rapi di dalam hati.

Menulis tentang dirimu bukanlah sekadar mencurahkan isi pikiran; itu adalah upaya merangkai kembali momen-momen indah yang pernah kita lalui. Setiap huruf yang ku tulis mengingatkanku pada senyummu, pada suara tawamu yang menghanyutkan. Namun, dalam usaha itu, aku merasa terjebak. Rasanya seperti mengikatkan rasa yang tak ingin terikat, membebani tiap kalimat dengan kenangan yang seharusnya dibiarkan mengalir bebas.

Kau tahu, dirimu adalah puisi yang terlalu indah untuk dipaksa menjadi prosa. Cinta kita, meskipun telah merenggang, tetap memiliki keanggunan yang sulit digambarkan. Jika aku terpaksa menulis tentangmu, tulisan itu mungkin akan kehilangan makna, karena ia tak bisa mewakili rasa yang pernah ada---yang meski kini terasa samar, tetap menyisakan jejak di setiap sudut hati.

Ketika aku teringat padamu, aku ingin merasakannya dalam kesunyian, bukan di atas kertas. Biarkan kenangan kita tinggal di tempat yang tak tersentuh tinta. Dalam hening, cinta kita mungkin paling indah, berbicara dalam bisu yang tak perlu diterjemahkan. Aku ingin merayakan setiap momen tanpa batasan kata, membiarkannya mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.

Jadi, jangan paksakan aku menulis tentang dirimu. Dalam keheningan ini, aku memilih untuk mencintaimu tanpa perlu merangkai kalimat, merayakan segala yang kita miliki dalam diam yang penuh makna. Karena mungkin, dalam ketidakberdayaan untuk menulis itulah, cinta kita tetap hidup, abadi di dalam jiwa, tak terkurung dalam batasan kata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun