Mohon tunggu...
Fajriatussyafaah
Fajriatussyafaah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication

Panggil aku shesha cantik

Selanjutnya

Tutup

Money

Nasib Para Pedagang Batik di Pekalongan di Kala Pandemi

18 April 2021   01:10 Diperbarui: 18 April 2021   01:17 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: dokumentasi pribadi

Kondisi ekonomi pasar batik di pekalongan
Mungkin banyak terlintas di pikiran banyak orang kalau di kala pandemi ini maka setiap usaha apapun atau pekerjaan apapun pasti akan berkurang pendapatannya, namun berbeda lagi dengan para penjual di pasar batik pekalongan ini, mereka justru sekarang mendapatkan pendapatan yang meningkat meskipun tetap pada awal masa pandemi mereka mengalami penurunan yang drastis hingga banyak pabrik batik yang di tutup, namun kini para penjual baju batik di pasar batik pekalongan mengalami kenaikan yang signifikan.


Menurut ibu Rokhayanah narasumber yang saya wawancarai secara pribadi, beliau mengatakan jika sekarang masyarakat lebih condong untuk membeli pakaian yang santai untuk di pakai di rumah karena di kala pandemi ini jarang orang yang melakukan perjalanan jauh sehingga banyak orang yang lebih condong untuk membeli pakaian yang bisa di pakai di rumah saja contohnya seperti daster, rok, celana pendek, dll.

Sehingga para produsen baju batik yang bernuansa santai untuk di pakai di rumah kini melunjak drastis pendapatannya, meskipun sedang dalam kondisi pandemi namun bagaimanapun baju adalah tetap merupakan kebutuhan primer yang juga harus di penuhi, sehingga tetap banyak orang yang meminati baju batik hanya saja beralih ke aliran baju yang lebih santai.

Bagaimana nasib produsen batik berkelas?
Kini banyak produsen batik berkelas seperti batik tulis, batik yang biasanya kebanyakan konsumennya adalah konglomerat seperti DPR, pengusaha, kini banting setir mengikuti memproduksi batik cap, batik sablon, yang kelasnya lebih bisa untuk di beli siapapun orangnya dan juga lebih fleksibel untuk siapapun, sehingga sekarang mereka tetap mendapatkan penghasilan meskipun berputar arah demi mengikuti kebutuhan pasar yang sedang laris sekarang.


Bagaimana keadaan di awal pandemi?
Di awal pandemi saya sempat bertanya kepada salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan kota pekalongan, dia bercerita kalau awalnya dia adalah seorang tenaga kerja di sebuah pabrik ba6tik yang besar di pekalongan yang dimana penjualannya sudah mencapai luar negri, namun ia terpaksa di PHK karena pandemi dimana perusahaan tidak memiliki pemasukan namun pengeluaran tetap sebesar ketika tidak dalam masa pandemi.


Nahas memang keadaan di kala itu, namun sekarang perusahaan batik di pekalongan kembali berjaya karena banyak orang yang mencari pakaian untuk bersantai, pasar batik yang dikala awal pandemi sangat sepi dimana tidak ada penjual dan pembeli sekarang kembali ramai.
Kembali ramainya pasar batik di pekalongan ini benar-benar mempengaruhi ekonomi masyarakat pekalongan, karena masyarakat pekalongan memang sudah dari nenek moyang mereka memiliki tradisi dan kekreatifan dalam membuat batik sehingga kebanyakn orang pekalongan adalah produsen dan tenaga kerja dalam sebuah usaha batik, kini kondisi perekonomian di kabupaten pekalongan sedang meningkat dengan baik.
Salah satu pasar batik tradisional yang besar di pekalongan adalah pasar batik patiunus, adalah pasar yang sempat terkena dampak ekonomi yang di sebabkan oleh pandemi, ada pula pasar batik modern yang sudah menjual banyak batik hingga tingkat internasional yaitu IBC (International Batik Center) yang terletak di pekalongan, pasar modern sebesar itu pun sempat terdampak krisis ekonomi di kala awal pandemi, pasar itu dikenal sering di datangi oleh masyarakat luar daerah hingga masyarakat mancanegara hanya untuk mencari batik yang sudah menjadi ikon pakaian di indonesia, namun pada awal pandemi mereka sempat mengalami penurunan pendapatan hingga banyak pula tenaga kerja yang bekerja di situ terkena PHK.
Penjualan online membantu pengusaha batik.

sumber foto: dokumentasi pribadi
sumber foto: dokumentasi pribadi
Untungnya di kala pandemi ini sudah ada penjualan secara online sehingga benar-benar membantu para penjual dan para produsen batik di pekalongan, mereka bisa membuat pasar mereka lebih luas lagi, tidak hanya di pekalongan dan sekitarnya namun mereka juga bisa mengirim barang kemanapun sesuai pesanan, juga dalam proses jual beli tak perlu untuk bertemu dan bertatap muka secara langsung sehingga benar-benar sesuai protokol kesehatan di kala pandemi.

Penjualan secara online ketika pandemi meningkat drastis  dan hingga sudah menjadi kebiasaan hingga sekarang, sekarang para penjual dan produsen batik tidak hanya memasarkan barang mereka secara langsung namun banyak pula yang berdagang lewat online, tidak sedikit juga sekarang orang yang saling bersaing dalam penjualan online pula, saling bertarung harga dengan menjual barang dengan harga yang murah, hingga barang dengan kualitas baik namun dengan harga yang murah, sehingga persaingan yang bisanya terjadi di dalam perdagangan tatap muka seperti itu kini juga terjadi pula persaingan di dalam perdagangan online.

Karena perdagangan online ini pula ekonomi masyarakat pekalongan ikut terbangun kembali, yang awalnya terpuruk kini bersemangat kembali, perdagangan online ini pula yang menjadi alasan di buka nya kembali pasar batik tradisional dan juga penjualan secara langsung atau tatap muka, karena kebanyakan masyarakat pekalongan sendiri terutama dengan usia di atas 40 tahun banyak yang tidak terlalu memahami teknologi dengan baik sehingga orang-orang juga membuka pasar batik tradisional kembali karena di rasa permintaan juga.

Alhasil pedagang yang awalnya hanya laris secara tatap muka saja kini dagangan mereka laris pula dalam perdagangan online, yang awalnya orang tidak tau caranya untuk berdagang dengan teknologi kini menjadi mengerti dan juga pasar mereka pun semakin luas karena perdagangan online ssangat jauh jangkauannya di samping itu juga aman.


Bagaimana nasib penjualan hingga ke mancanegara dikala pandemi?
Dikala pandemi penjualan hingga lintas negara menjadi menurun drastis, bahkan berdampak hingga sekarang, dikarenakan masyarakat mancanegara hanya tertarik pada batik kualitas tinggi seperti batik tulis, apalagi batik tulis dengan motif yang belum pernah di buat orang sehingga jarang di pasaran, dan karena para produsen batik kelas tinggi mulai berpindah jalur sehingga banyak konsumen luar negri yang tidak lagi memesan batik dikarenakan kecewa dengan kualitas yang di jual sekarang.


Batik tulis dengan motif kreasi sendiri atau belum ada di pasaran yang motifnya memiliki kualitas yang istimewa bisa di jual mulai dari harga puluhan juta rupiah hingga milyaran rupiah permeternya, angka yang sangat fantastis, maka dari itu bisa di bilang orang yang paling terkena dampak pandemi di kalangan batik pekalongan adlaah mereka-mereka produsen yang memproduksi batik dengan kualitas premium karena mereka lebih memilih untuk menuruti pasar yang berada di negara mereka sendiri namun ramai pembelinya daripada pembeli dari luar negri yang bahkan akan membeli disaat pandemi dimana semua ekonomi sedang tertekan, juga orang pasti ingin lebih menghemat dan tidak ingin untuk lebih mengeluarkan banyak uang sehingga tetap bisa bertahan di kala pandemi, sementara mereka para produsen batik dengan kualitas premium sangat tertekan karena pengeluaran mereka bagaimanapun harus tetap di penuhi sementara pemasukan mereka sedang tertutup rapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun