Mohon tunggu...
Fajriatussyafaah
Fajriatussyafaah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication

Panggil aku shesha cantik

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tradisi Megengan, Makan Nasi Keroyokan Jelang Ramadhan di Kota Pekalongan

7 April 2021   20:42 Diperbarui: 7 April 2021   20:54 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa sebentar lagi memasuki bulan ramadhan yang penuh suka cita ditahun 2021 ini ,

Untuk menyambut bulan ramadhan masyarakat pekalongan sudah memiliki tradisi yang bernama megengan.

Megengan adalah tradisi masyarakat Jawa khususnya di daerah pekalongan , dalam menyambut bulan Ramadhan, megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Ini merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut seperti zina,mokah atau sengaja membatalkan puasa, dan larangan lainya.

Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id Masih belum diketahui secara pasti, sejak kapan tradisi megengan lahir dan mulai berkembang di masyarakat jawa khususnya. Menurut Prof. Dr. Nursyam, M.Si, akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, ada dugaan kuat bahwa tradisi ini diciptakan oleh para Wali Sanga, khususnya Kanjeng Sunan Kalijaga.

"Memang hal ini baru sebatas dugaan, namun mengingat bahwa kreasi-kreasi tentang Islam Jawa terutama yang menyangkut tradisi-tradisi baru akulturatif yang bervariatif tersebut kebanyakan datang dari pemikiran Kanjeng Sunan Kalijaga, maka kiranya dugaan ini pun bisa dipertanggungjawabkan," tulis Nursyam dalam nursyam.ac.id.

Wali sanga memang dikenal ramah dalam menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Mereka banyak menggunakan cara-cara simbolik yang dekat dengan budaya masyarakat saat itu karena walisanga selalu menerpkan " wong jowo ojo ilang jowone" Tradisi megengan sendiri disinyalir merupakan akulturasi antara budaya yang kental dengan masyarakat Jawa dan ajaran Islam yang sangat berkaitan.

Alasan wali sanga menggunakan akulturasi budaya dalam proses dakwahnya adalah, karena di masa-masa awal penyebaran agama Islam di Nusantara, masyarakat masih sangat kental dengan beragam tradisi yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan mereka.

Jika Islam diajarkan secara frontal, dikhawatirkan masyarakat akan menolak kehadirannya. Di situlah bukti kreativitas wali sanga. Mereka sangat piawai membungkus dakwahnya dengan berbagai hal yang dekat dengan masyarakat.

Begitu pula dengan megengan yang dibungkus melalui tradisi upacara atau slametan yang sudah umum berkembang di masyarakat kala itu. Bila ditilik lebih jauh simbol-simbol yang ada dalam tradisi tersebut, makna sebenarnya adalah, "Melakukan persiapan secara khusus dalam menghadapi bulan yang sangat disucikan di dalam Islam," terang Nursyam.

Kegiatan megengan sangat bermacam-macam sesuai dengan adat daerah setempat, tapi umumnya masyarakat Jawa biasanya berbondong-bondong untuk mengadakan makan rahatan atau makan nasi keroyokan bersama di mushola dan  tidak lupa mendoa'akannya serta ada juga yang membacakan yasin dan tahlil, kemudian Masak besar untuk dibagikan kepada sanak famili dan pada malam harinya mengadakan selamatan atau nyadran sedekah dengan mengundang para tetangga untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal, ada juga yang selamatan atau kendurinya diadakan bersama-sama oleh seluruh warga setempat dilanggar/mushola.

Biasanya satu keluarga membawa menu makanan yang berbeda beda dan spesial untuk di kumpulkan di mushola seperti daging, opor ayang, megono, mie ,nasi lalu tak lupa untuk di makan di tempat yang sama yaitu menggunakan alas daun pisang untuk menaruh makanan , memakanya berjejer memanjang untuk artian suatu kerukunan menyambut ramadhan penuh suka cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun