Mohon tunggu...
Fajar T
Fajar T Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Learn to Learn..........

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Si Kucrit dan Semut Api

20 Oktober 2013   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_295999" align="alignnone" width="620" caption="Suasana Pagi Hutan Marga Satwa "][/caption] Oleh:  Fajar Triyanto (Peserta Nomor 157)

Pagi menyapa bumi pertiwi. Matahari mengintip di ufuk timur diiringi merdu kicau burung di Hutan Surga Satwa. Di hutan tersebut, hidup keluarga Kancil yang berbahagia dengan kelahiran anak pertama. Bayi kancil berjenis kelamin jantan tersebut oleh Ayah Ibunya diberi nama Si Kucrit. Hari demi hari berlalu, Si Kucrit tumbuh menjadi kancil muda yang ganteng, lucu dan unyu-unyu. Bulunya bersih mengkilat, badannya tegap dan kokoh dengan empat kaki besar dan kuat sebagai tumpuannya. Tak mengherankan jika Si Kucrit menjadi pujaan para kancil betina. Sikap dan perilaku Si Kucrit yang sopan, murah senyum dan dermawan semakin menjadikan Si Kucrit menjadi idola.

Lambat laun kedudukan istimewa yang diperoleh Si Kucrit di mata teman-temannya menjadikannya lupa diri. Si Kucrit berubah menjadi sosok kancil yang sombong, angkuh dan mau menang sendiri.

"Hai Kansi Jelek, ambilin aku rumput segar dong awas kalau melawan!!!" Hardik Kucrit kepada Kansi teman baiknya.

"Crit, kamu sekarang koq suka banget nyuruh-nyuruh? Dulu kamu nggak begitu lho, aku ini sahabatmu, bukan pesuruhmu..." Jawab Kansi.

"Plak, Bugh!!!" "Berani melawanku ya kamu Si?" Ujar Kucrit marah  sambil memukul Kansi.

Kansi terkejut dan takut melihat reaksi Si Kucrit.

"Aduhh, iya-iya aku ambilkan rumputnya.."

Tak berselang lama, Kansi telah membawakan sejumput rumput segar untuk Kucrit.

"Ini Crit rumputnya... " Ujar Kansi.

Kancil terbelalak melihat apa yang dibawa Kansi, sambil berkacak pinggang Kancil berseru kepada Kansi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun