Mohon tunggu...
Fajar Hitam
Fajar Hitam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Berpikir!

Berpikir!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sawi (ABK) yang Malang di Sebuah Pulau

21 Januari 2018   12:15 Diperbarui: 22 Januari 2018   16:15 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Potret penulis di Pulau Buhung Pitue, Kecamatan Pulau 9 Sinjai

Sebuah Carita Relasi Ponggawa-Sawi (Patron-Klien) di sebuah Pulau

Oleh Fajar

Hari itu Hari Minggu, hari dimana anak Sekolah Libur serentak. Tapi bagi Para Nelayan Pattongkolo kalangan "Sawi" (Anak Buah Kapal) hari libur tidak mengikut pada  hari yang ada di sebuah kalender yang ada di Rumah-Rumah Warga Desa Pulau Buhung Pitue. Kalender pembagian Calon Pemimpin Kekuasaan , yang kata si Agus suka membawa janji-janji. 

Habis terpilih jadi malas datang ke Pulau. Hari itu cerah Haerul terlihat dengan tenang lalu bertanya Kepada Kade ketika melihat temannya itu mengisikan air bersih di jerigen miliknya. "Kade ? Apakah kamu tau kenapa selama ini kita tidak bisa menyekolahkan anak-anak kita  ke Kota ? ".Tanya Haerul sambil memandikan anak bungsunya di sumur sekolah dasar. 

Kade menjawab dengan suara yang lembut "  Itu karena kita Malas Shalat, malas ber'doa, jadinya Rejeki kita menjauh. Ingat kunci kesuksesan adalah Rajin memohon kepada Tuhan, sembari bekerja keras.

Lalu Tiba-tiba datang seorang Pemuda Tampan menggunakan surban membawa Jerigen miliknya diatas Gerobak. Ia ingin mengisi air miliknya. Dia terkenal dengn suaranya yang merdu setiap Azan di Kumandankan di Mesjid.

 "Assalamualaikum Apakah sudah lama di sini ? dia bertanya kepada temannya yang ia dapati berbincang-bincang. "Apakah kalin Jadi menyekolahkan anak-anak kalian di Kota, ? aku dengar-dengar Ponggawamu itu punya banyak Kos-kosan, punya banyak uang di Bank, jadi kalian tidak perlu hawatir. Dia pasti membantu kamu".

Tiba-tiba Haerul berdiri sambil mengganti Pakainnya yang basah dengan menggunakan sarung batik miliknya. "Jadi gini Ustas, kita tidak perlu berharap banyak sama Bos, utang kita kan banyak. Kalau kita mau utang lagi nanti mau bayar pake Batu Karang ? kan itu Lucu".

Mereka pun curhat sambil memikirkan nasib keluarganya. Mereka tiada henti-hentinya menghisap Rokok yang di pinjammnya di warung milik tetangganya. Alasanya untuk mengurangi beban pikiran.

Mereka sebentar lagi pergi berlayar. Selama tujuh bulan dalam setahun mereka pergi merantau di perairan Lombok, Bali, NTT ada pula yang di perbatasan Australia. Padahal sudah ada kejadian ada Nelayan "Pattongkolo" yang di tangkap gara-gara melampaui batas mencari ikan oleh polisi perairan Australia. Ada pula yang meninggal karena tertabrak kapal Tengker pengangkut batu barah. Hancur lebur bersama kapalnya. Tenggelam !!!.

Pada Sore Hari Anak pertama Haerul menanyakan ke Bapaknya sesuatu dengan mata yang berkaca-kaca. " Pah ? saya jadi sekolah kan di Kota ? aku pengen lulus SMA biar bisa Kuliah. Meraih Cita-Cita Saya". Dengan Suara yang Lembut Haerul menjawab kepada anaknya " Sabar yah nak, Bapak masih mencari Uang untuk biayamu kelak. " Tapi Pah, kan sebentar lagi Pendaftaran akan di Tutup ? ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun