Mohon tunggu...
Fajar Pamuji
Fajar Pamuji Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang masih magang

Banyak ide-ide random yang belum di eksekusi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Laboratorium Covid Harus Banting Setir!

18 November 2021   15:04 Diperbarui: 18 November 2021   15:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari yang lalu tanggal 15 November 2021 menteri koordinator bidang perekonomian sekaligus koordinator PPKM Luar Jawa Bali bapak Airlangga Hartanto menyebutkan bahwa PPKM masih diperpanjang sampai 22 November. Namun kayaknya berita itu cuma sampe di media atau di youtube secretariat presiden aja. Gak nyampe ke telinga masyarakat. Kalopun nyampe mungkin cuma segelintir orang aja.

Karena jujur saja, dengan menurunnya angka covid mungkin masyarakat mikirnya covid udah gak ada. Udah mulai biasa aja, udah kaya dulu lagi. Bedanya mungkin sekarang orang orang pake masker aja sama jaga jarak. Itu juga kalo inget.

Penurunan angka covid dibarengi dengan penurunan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pandemi covid-19 karena seolah olah masyarakat menganggap pandemi sudah berakhir. 

Penurunan angka kasus juga menjadi mimpi buruk yang nyata bagi orang orang yang bekerja dibidang kesehatan, terutama yang fokus dibidang pelayanan penyintas covid-19. Seperti orang-orang yang berbisnis di bidang swab test dengan fasilitas laboratoriumnya.

2019 -- 2021 pemerintah Indonesia mulai sibuk mencanangkan program untuk memperbanyak laboratorium guna uji sampel bagi masyarakat yang teridentifikasi gejala covid-19. Gak heran dari swasta hingga pemerintah berlomba-lomba  mengeluarkan banyak dana untuk fasilitas, alat-alat dan bahan guna testing sampel.

Dari kabar yang dialsir oleh Badan Litbangkes dari Kemenkes per tanggal 9 November 2021 terdapat 921 laboratorium pemeriksa covid-19 yang tergabung dalam jejaring dan hingga saat ini masih dilakukan update untuk pengembangan. Saking banyaknya mungkin kalo kita naik motor mungkin per 15 menit bakal nemu lab-lab untuk kebutuhan pemeriksa covid-19.

Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa banyak juga masyarakat yang sadar pentingnya uji lab untuk cek covid, sehingga masyarakat menjadi salah satu pendapatan lab-lab di penjuru negeri. Pendapatan itu juga gak main main, dari ratusan juta sampe miliaran tergantung dari jumlah sample yang masuk.

2020 sampe 2021 awal saat covid lagi tinggi tingginya, mungkin para owner lab udah pesta duit dirumahnya. Sampe masuk ke pertengahan 2021, dimana covid grafiknya selalu turun bahkan drastis. Dari bulan Mei hingga Juli 2021 saat kasus sedang tinggi tingginya bahkan menyentuh angka 44 ribu kasus baru perhari lalu pada bulan berikutnya sampai sekarang kasus kian menurun hingga per tanggal 15 November kemarin kasus baru hanya 221 kasus baru.

Itulah yang bikin lab sekarang jadi ketar ketir, menurunnya angka covid sama dengan menurunkan jumlah sample yang diuji sama dengan menurunnya laba dari laboratorium tersebut. Gak heran banyak lab lab kecil mulai gulung tikar, dan lab lab yang masih bisa bersaing mulai banting harga dari jutaan rupiah turun perlahan sampai angka ratusan ribu saja, bahkan ada yang dibawah serratus ribu rupiah.

Dari sini banyak lab yang mulai banting setir, karyawan dipaksa nyari alternatif ide supaya lab ga ikutan gulung tikar. Bahkan ga sedikit lab yang terpaksa mengurangi karyawannya.

Karena jujur saja, lab lab yang sampe sekarang masih bertahan cuma bergantung ke angka kasus baru covid yang ga begitu seberapa, dan kebijakan pemerintah untuk testing covid guna perjalanan atau untuk keperluan administatif. Tapi sayangnya pemerintah juga ga tinggal diam. 

Untuk keperluan perjalanan saja masyarakat udah gaperlu harus nyari nyari lab untuk swab test antigen, banyak yang sudah menyediakan jasa swab test tersebut. Sebut saja di stasiun atau dibandara, jasa swab test antigen on the spot sudah tersedia dan hebatnya jasa swab test anti gen di stasiun dan bandara harganya sangat miring gasampe 50.000.

                  

Itu juga salah satu faktor masyarakat milih untuk swab test di bandara atau stasiun ketimbang di lab lab yang ternama. Dampaknya lab lab jadi ketar ketir dan harus nyari trobosan ide ide baru supaya lab dan semua investasinya masih tetap di jalurnya. Kalo engga, ya terpaksa ikut gulung tikar kaya yang lain.

Lab lab harus realistis, bahwa mungkin kedepannya pandemi ini bakal selesai dan harus mikirin alternatif bisnis untuk menunjang labnya tetap beroperasi. 

Gak Cuma dari pihak manajemennya aja, tapi kayawan lab juga sudah mulai realistis, bermula dari banyak rekan kerjanya yang di phk, karyawan harus coba nyari alternatif kerja lain yang sesuai dengan latar belakang dan pengalaman kerjanya. Sebagai contoh banyak yang akhirnya pindah ke perusahaan farmasi atau daftar loker di rumah sakit swasta atau pemerintah.

Jadi, mari sama-sama berdoa untuk kebaikan semuanya. Pandeminya berakhir biar masyarakat bisa hidup seperti sedia kala. Dari pihak yang bergelut dibidang fasilitas kesehatan terutama covid juga dikasih jalan keluar atau alternatif lain yang lebih baik supaya semuanya win-win solution.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun