Mohon tunggu...
Fajar Kurnianto
Fajar Kurnianto Mohon Tunggu... -

Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menelusuri Jejak Nabi dan Para Sahabat

31 Juli 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13437319902108439029

Oleh : Fajar Kurnianto

Judul : Jejak Nabi Muhammad & Para Sahabat Penyusun : Tim Alita Aksara Media Penerbit : Alita Aksara Media, Depok Tahun : I, Juni 2012 Tebal : iv+380 halaman ISBN : 978-602-9289-04-6 Harga : Rp275.000,-

Nabi Muhammad dan para sahabat adalah teladan bagi umat Islam. Jalan hidup mereka yang penuh dengan perjuangan tidak kenal lelah membuahkan hasil yang luar biasa bagi dunia saat ini. Islam seperti percik api di tempat terpencil, lalu lama-lama menjadi kobaran api unggun yang sangat besar dan menerangi dunia. Dari tanah Arab yang tandus, Islam perlahan-lahan keluar ke segala penjuru bumi: timur, barat, selatan dan utara.

Buku ini secara detail mengajak pembaca menelusuri jejak Nabi Muhammad dan para sahabat dalam membesarkan percikan api. Dengan narasi features yang renyah dan gambar-gambar eksklusif tempat-tempat yang berkaitan dengan Nabi dan para sahabat, buku ini memberi warna lain model penulisan sejarah Nabi. Membaca buku ini seperti menghanyutkan kita ke masa lalu, hidup bersama mereka. Melihat orang-orang yang berjuang tiada kenal menyerah dan rasa takut.

Dalam buku ini, kita merasakan hawa panas orang-orang yang menentang dakwah Islam di satu sisi, dan di sisi lain kita merasakan hawa sejuk dan segar ketika Nabi mengajarkan pesan-pesan Islam yang begitu indah. Keindahan yang menarik hati mereka yang berhati bersih, berpikiran maju dan terbuka, serta anti dengan kejumudan, untuk ikut bergabung bersama Nabi, bertekad seiya sekata dengan beliau apa pun konsekuensi yang bakal mereka terima karenanya.

Konsekuensi berupa pengucilan, pengusiran, hingga penyiksaan, teror dan intimidasi, dari mereka yang tidak ingin kekuasaan dan pengaruh mereka rontok karena itu berarti membahayakan posisi mereka. Mayoritas mereka yang menentang dakwah Islam sebetulnya menyadari kebenaran Islam dan ajaran Nabi. Tetapi, mereka iri hati dan dengki. Bagi mereka, sosok Nabi Muhammad tidak layak menyandang pangkat kenabian, meski lahir dari keluarga terhormat dan punya karakter mulia seperti yang mereka kenal selama ini.

Hati mereka tertutup dan keras melebihi batu. Mata dan pikiran mereka gelap. Sikap pun menjadi kalap. Ammar bin Yasir dan dua ibu bapaknya, Sumayah dan Yasir, mereka siksa sampai mati. Bilal bin Rabah, budak asal Habasyah oleh majikannya, Umayah bin Khalaf, disiksa habis-habisan sampai hampir sekarat sebelum dibeli Abu Bakar. Nabi sendiri tidak luput dari penganiayaan fisik. Istri Abu Lahab tiap hari menaburkan duri di jalan yang biasa dilewati Nabi. Teman-teman Abu Jahal meletakkan jeroan unta di kepala Nabi ketika beliau mengerjakan shalat di Ka’bah.

Hijrah lalu Nabi anjurkan karena tekanan dahsyat itu. Habasyah dua kali menjadi tempat hijrah kaum muslim sebelum ke Madinah (Yatsrib). Jalan hijrah pun tidak mulus. Beruntung penguasa Habasyah, An-Najasyi, orang yang baik hati. Tiga utusan Quraisy Mekah yang dikirim untuk meminta An-Najasyi mengembalikan kaum muslim yang hijrah ditolak mentah-mentah. Bahkan, karena karakter kaum muslim yang sangat hebat, An-Najasyi dikabarkan masuk Islam. Ketika dia meninggal dunia, Nabi melakukan shalat ghaib untuknya.

Percik api Islam pelan-pelan mulai membesar ketika Nabi dan kaum muslimin hijrah ke Madinah dan diterima juga dengan baik hati oleh warganya, baik yang sudah masuk Islam maupun yang belum. Berbeda dengan masyarakat Mekah yang keras lebih dari batu, masyarakat Madinah selembut sutra. Hati mereka cepat menerima Islam dan bertekad membelas Islam dan Nabi. Perang Badar menjadi kemenangan pertama Islam atas pasukan Mekah. Perang demi perang kemudian silih berganti terjadi. Semakin lama, kekuatan pasukan Mekah melemah, sementara pasukan muslim menguat. Puncaknya adalah penaklukan Mekah.

Buku ini menarik, karena di sela-sela narasinya dikupas pula sekelumit biografi beberapa sahabat Nabi, terutama di bagian paling akhir empat sahabat dekat Nabi yang menjadi khalifah setelah beliau: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, selain tentu saja foto-foto resolusi tinggi tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan Nabi dan para sahabat dalam menegakkan panji Islam, serta ilustrasi-ilustrasi menarik lainnya. Menelusuri jejak Nabi dan para sahabat dengan model penulisan populer menjadi terobosan penting yang menyegarkan. Kekuatan narasi berpadu dengan visual yang semakin menghanyutkan kita ke masa lalu; kita seperti melihat mereka dengan mata kepala sendiri. Buku yang sangat bermanfaat menemani kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun