Mohon tunggu...
Mohammad Fajar
Mohammad Fajar Mohon Tunggu... Guru - Try to learn

Baik Hati

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Memahami Suasana Psikologis Penganut Paham Bumi Datar

3 Juni 2019   03:33 Diperbarui: 3 Juni 2019   04:23 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Belakangan ini ramai sekali diperbincangkan soal wacana bumi datar yang mana paham ini merupakan paham yang sangat bertolak belakang dengan mainstream kepercayaan para ilmuan dan fisikawan. Bermula dari eksperimen yang dilakukan oleh Samuel Rowbotham terhadap datarnya permukaan air di terusan/sungai Bedford. 

Kesimpulan yang dia peroleh adalah benda yang seharusnya sudah terbenam di balik horizon namun ternyata masih nampak membuktikan bahwa bumi itu datar. Jika bumi bulat maka kelengkungan bumi itu akan membatasi kita dalam melihat benda-benda yang berada di kejauhan karena pasti benda-benda tersebut terposisikan ke bawah ke arah lengkungan bumi.

Namun pada eksperimen di sungai Bedford itu, benda-benda tersebut masih kelihatan. Salah seorang rasionalis bernama Alfred Russel Wallace mencoba menjelaskan hal tersebut dengan menganggap bahwa pembiasan cahaya oleh atmosfir bumi mengakibatkan cahaya yang berasal (atau lebih tepatnya dipantulkan) dari benda tersebut masih bisa dibelokkan mengikuti kelengkungan permukaan bumi sehingga sampai ke pengamat di kejauhan.

Tapi penjelasakan kaum rasionalis ini tak ubahnya seperti penjelasan-penjelasan semisal terhadap fenomena-fenomena yang sama sekali tidak mungkin dijelaskan, seperti penjelasan mereka terhadap sihir, atau fenomena-fenomena supranatural lain. Bagaimana menjelaskan penari kuda lumping yang makan beling?

Sepandai-pandainya kaum rasionalis menjelaskannya, maka penjelasakan mereka tidak sepenuhnya bisa memuaskan. Demikian halnya dengan eksperimen Bedford tadi. Sampai sekarang kaum bumi datar masih menganggap eksperimen tersebut sebagai salah satu bukti yang kuat dalam menopang pandangan mereka.

Oke, katakanlah bumi itu bulat, dan memang saya pribadi lebih cenderung menganggap bahwa bumi itu bulat namun tidak sepenuhnya percaya pada fakta-fakta sains yang terjadi sesudahnya. Misalnya apakah bumi itu benar berputar? Atau apakah benar manusia pernah mendaratkan kakinya di bulan? Jika semua yang diajarkan ke kita sudah benar, maka buat apa ada lagi ada kontroversi-kontroversi sesudahnya.

Bagi pembaca yang percaya bahwa NASA (lembaga antariksa Amerika) pernah mendaratkan manusia di bulan, maka  saya tidak perlu lagi berdebat dengan Anda. Yang Anda perlu lakukan hanya mencari sumber referensi terkait yang menjadi alasan mengapa hal tersebut menjadi kontroversi.

Misalnya mengapa di bulan yang tidak memiliki atmosfir itu bendera yang ditancapkan tiba-tiba berkibar ditiup angin. Mengatakan bulan memiliki atmosfir tentu akan menimbulkan pertanyaan kenapa kita (atau astronom yang pernah ke sana) tidak sekalian saja tinggal di bulan.

Jadi tulisan ini ditujukan kepada Anda yang juga skeptis seperti saya soal pendaratan di bulan tersebut. Mengapa di tahun 1969 manusia bisa melakukannya namun sekarang tidak bisa lagi. Benarkah teknologi yang digunakan tahun 1969 sudah hilang saat ini  seperti kata Astronom NASA Don Petit. Apakah NASA seceroboh itu dalam menyimpan aset-aset mereka.

Tak berhenti di situ, sekarang orang-orang mempertanyakan kebenaran tayangan yang diperoleh dari stasiun luar angkasa internasional (ISS). Tuduhan yang dilontarkan olah kaum skeptis adalah semua tayangan yang berasal dari ISS itu dilakukan dengan manipulasi komputer atau CGI (computer generated images).

Hal ini cukup beralasan jika pembaca melihat tayangan seputar hal-hal tersebut di internet (situs youtube). Misalnya bagaimana dengan rambut astronot wanita yang terlihat begitu kaku. Yang menjadi sangkaan orang adalah rambut mereka diberi pengeras untuk memberikan tampilan seolah-olah berada pada ruang yang minim gravitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun