Mohon tunggu...
Fajar Dame Harahap
Fajar Dame Harahap Mohon Tunggu... -

aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balada Wanita Istri Pecandu Narkoba: Narkoba itu Jahat!    

15 Maret 2017   16:40 Diperbarui: 17 Maret 2017   04:01 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Narkoba sudah nyata berdampak negatif baginya. Meski bukan konsumer, tapi keluarganya sudah hancur dampak efek negatif barang haram tersebut. Suaminya mesti mendekam dalam tahanan, sedangkan seorang anak putrinya yang masih remajapun menjadi korban dari keganasan narkotika.

SEMULA keluarga kecil mereka cukup harmonis. Meskipun dengan pola perekonomian yang terbilang sangat sederhana. Sebab, Kadir (nama samaran), 38, yang berprofesi mocok-mocok, kepala keluarga yang masih bertanggungjawab. Kerja serampangan dan membantu orang-orang di suatu lingkungan di kota Rantauprapat, menghasilkan tips uang jasa. Hasil imbal keringatnya, dia serahkan untuk keperluan hidup rumah tangga.

Tapi, itu dulu. Beberapa tahun belakangan hidup mereka yang telah dianugerahi 4 orang putri itu, berubah total. Prilaku pria ini berbalik 180 derajat. Itu, setelah dia mengenal yang namanya narkoba. Pergaulan di lingkungan dengan pola hidup yang salah, menyebabkannya terjerumus dalam dunia narkotika. Ya, selanjutnya sabu-sabu menjadi benda yang dipuja.

Bahkan, dari mulanya hanya seorang pengguna, lambat laun menjadi pengedar. Dan, tentu saja tanggungjawab kepada keluargapun semakin pupus. Malah, dibalik ketidak peduliannya terhadap keluarga juga ditimpali lagi perlakukan sikap kasar terhadap istrinya.

Sarah (bukan nama sebenarnya), 36, sebenarnya merupakan wanita cukup tabah menjadi istri Kadir. Berulang kali perlakukan kasar suami diterimanya. Bahkan tak kurang dari tiga kali sudah dia melaporkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya.

"Sudah cukup sering kami bertengkar. Dan ujung-ujungnya saya disakiti," katanya, Rabu (15/3) di suatu Rumah Makan di Rantauprapat kepada sejumlah wartawan.

Tapi, kecintaan Sarah pada keluarga dan berharap perubahan sikap suami, membuatnya berulang kali menerima kehadiran Kadir diantara mereka. Walaupun, kembali tubuhnya acapkali tersakiti.

"Aku sangat mencintainya," akunya. Kadir, katanya adalah suami kedua. Setelah suami pertama meninggal dunia, Kadirlah pria satu-satunya yang ada di hatinya. Dia juga mengaku, dari suami pertama mereka memiliki dua orang anak.

Bahkan, hati dan jiwa Sarah juga tak jarang tersakiti. Ketika melihat suami dengan kondisi tak sadarkan diri. Terlebih, harus jatuh ke pelukan wanita-wanita berhati hewani.

Malah, pernah suatu kali dia memergoki Kadir di suatu rumah sewa dengan wanita cacat asusila. Kadir, sang pengedar narkoba juga jatuh dalam pelukan wanita yang bukan istri sah-nya.

Parahnya, dia juga pernah dipaksa Kadir untuk mengkonsumsi narkoba jenis sabu dengan dosis lumayan banyak. Alhasil, Kadir yang kerap kali usai menggunakan sabu juga akan "memakai" dirinya.

Sabu ternyata menaikkan syahwat birahi keduanya. Sejak jam 8 malam hingga jam 12 siang keesokan harinya, keduanya bergelut dan berpeluh desah. Ironisnya, membuat Sarah harus tumbang dan yerpaksa diopname beberapa hari di salahsatu Rumah Sakit di Rantauprapat.

Beberapa waktu lalu, suaminya tertangkap Polisi Narkoba di suatu tempat di Rantauprapat. Dari tangan Kadir polisi mendapati sejumlah narkoba jenis sabu dan barang bukti lainnya. Kejadian itu, tentu saja menyebabkan kualitas kehidupan keluarga ini semakin down.

Diperparah pula, seorang anak remajanya yang masih berusia 16 tahun mengalami brokenhome. Putrinya yang seharusnya masih menimba ilmu di dunia pendidikan, tetapi harus dihidup di jalanan dengan teman-teman dunia Funk-nya.

Itu diperkuat ketika suatu massa dia memergoki gadis kecilnya dalam kondisi fly sehabis menggunakan narkoba jenis lem. Kondisi anaknya yang tak stabil, menjerit histeris dan mengaku tersakiti dengan kondisi keluarga diantara pasangan suami istri yang kerap berkelahi.

"Aku dapati anakku dalam kondisi mabuk lem. Ku ajak pulang, dia membentakku seraya berharap secepatnya mati kalau memakai lem. Aku tak kuasa melihatnya," aku Sarah.

Dia juga harus menanggung gunjingan para tetangga. Lingkungan tempat tinggal mereka di suatu sudut kota Rantauprapat adalah titik merah lokasi peredaran narkoba.

Setelah tertangkapnya Kadir sang suaminya, disusul pula tertangkapnya pria-pria tetangga lain. Ironisnya, warga di sana menudingnya sebagai penyebab tertangkapnya pria di kampung itu.

"Pria di lingkungan kami tertangkap. Saya malah dituduh jadi kibus. Saya harus bagaimana," akunya.

Di tengah kepanikan-kepanikan yang dihadapinya, Sarah butuh dukungan. Dia kini menjadi wanita yang benar-benar mengerti betul efek negatif dari narkoba. "Saya ingin berteriak sekencangnya. Jika ada yang ingin pembuktian efek narkoba saya akan menjeritkannya. Narkoba itu jahat," tandasnya mengakhiri ceritanya seraya menuntun 3 putri lainnya berlalu silah dari para wartawan.

----------- ++++ ----------

Kisah ini nyata! Namun, sejumlah nama dan tempat sengaja dikaburkan untuk melindungi privasi mereka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun