Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Money

Kopi, Komoditas Andalan Petani Manggarai Dihargai Tidak Sebanding

9 Juni 2012   07:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:12 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181701" align="aligncenter" width="580" caption="Kopi Unggul & Kolumbia yang Telah Dipetik dan Siap Digiling"][/caption]

Bagi para penikmat kopi, sehari tanpa secangkir kopi terasa ada yang kurang. Karena kaffein yang terkandung dalam kopi memberi efek ketergantungan kepada para penikmatnya. Bagi yang sudah terbiasa menikmati secangkir kopi di pagi atau sore hari, sehari saja tidak menikmati kopi biasanya bawaannya pusing-pusing, lemas dan kurang bersemangat dalam beraktivitas. Yah, itulah efek ketergantungan terhadap kopi. Bagi yang tidak suka kopi, mungkin akan mengatakan: kog bisa segitunya ya? Karena itu, bagi yang tidak ngopi, jangan sekali-kali ngopi agar kata-kata, "kog bisa segitunya," tidak ditujukan kepada anda juga.

[caption id="attachment_181690" align="aligncenter" width="525" caption="Secangkir Kopi Hangat Teman Setia di Pagi Hari (dok.pribadi)"]

1339221436108220163
1339221436108220163
[/caption]

Akan tetapi, tahukah anda bahwa untuk menjadi secangkir kopi terhidang di meja makan atau di meja di teras rumah anda sebagai teman membaca koran atau menikmati senja bersama keluarga, harus melewati proses pengolahannya? Berapa ribu tangan yang terlibat di dalamnya, sehingga anda bisa menyeruput hangatnya kopi di senja hari yang dingin? Jika sudah tahu, yah bersyukurlah di dalam hati dan ucapkan terima kasih untuk para petani kopi di seluruh pelosok negeri kita ini yang telah bersusah payah menanam, merawat, memetik, mengolah, hingga menjadi tepung yang bisa diseduh dengan air di hadapan anda. Jika belum tahu, saya akan memberitahu (sok tahu dikit tidak apa-apa toh hehehe).

[caption id="attachment_181691" align="aligncenter" width="525" caption="Tepung Kopi Jadi Siap Diseduh (Dok.Pribadi)"]

13392221531781754500
13392221531781754500
[/caption]

Saya akan mengabaikan proses pengolahan kopi di daerah lain yang mungkin lebih efisien dan efektif. Saya lebih memfokuskan tulisan saya ini pada proses yang selalu terjadi sejak saya masih kecil sampai dengan saat ini yang hampir sama untuk setiap daerah penghasil kopi di Flores. Karena ayah saya memiliki beberapa bidang kebun kopi dan saya terlibat dalam proses penanaman, perawatan dan panen, maka saya sedikit tahu tentang proses pengolahan kopi secara tradisional ini.

[caption id="attachment_181693" align="aligncenter" width="525" caption="Kopi Siap & Sedang Dipanen (dok.pribadi)"]

1339222624198981199
1339222624198981199
[/caption]

Pada era 80-90-an, kopi-kopi yang ditanam umumnya berjenis Robusta dan Arabika. Namun belakangan ini telah mulai ditumbuhkembangkan kopi-kopi unggulan yang sering disebut masyarakat di sini dengan kopi unggul dan kopi Kolumbia. Kopi unggul jika matang, buahnya akan berwarna merah. Sedangkan Kopi Kolumbia akan berwarna kuning tatkala siap dipanen.

[caption id="attachment_181694" align="aligncenter" width="525" caption="Kopi Kolumbia yang Telah Menguning dan Sedang Dipanen (dok.pribadi)"]

13392232511460223862
13392232511460223862
[/caption]

Saat ini, masyarakat Flores khususnya di Manggarai sedang memanen Kopi di kebun mereka. Bagi mereka, Kopi merupakan salah satu tanaman musiman andalan untuk meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Hasil penjualan kopi biasanya digunakan untuk mengongkos anak-anak mereka yang sedang bersekolah atau kuliah. Selain itu, digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh industri termasuk di dalamnya bahan-bahan bangunan berupa material non-alami misalnya: semen, seng, paku, beton, tegel, cat, dll.

[caption id="attachment_181696" align="aligncenter" width="518" caption="Petani Sedang Memetik Kopi (dok.pribadi)"]

1339223736190338181
1339223736190338181
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun