Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Judi Kupon Putih di Manggarai Tiada Matinya!

20 Juni 2012   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13403555901617713711

[caption id="attachment_184018" align="aligncenter" width="437" caption="Ilustrasi (theglobejournal.com)"][/caption]

Saya tidak tahu mengapa, judi massal Kupon Putih atau yang lebih dikenal dengan singkatan KP di masyarakat Manggarai ini sulit diberantas sampai dengan detik ini.  Padahal dalam kunjungan ke penjara beberapa waktu ini (karena ada pelayanan rutin setiap minggu di Rutan Labe, Ruteng), saya mendapati banyak sekali yang dipenjara karena menjadi agen atau pemain Kupon Putih.

Sebagai informasi, KP yang dimaksudkan di sini adalah kupon-kupon yang dibeli lalu diisi angkanya (seperti togel) sambil berharap angka yang ke luar dari pusat (entah pusatnya di mana, ada yang mengatakan pusatnya di Malaysia) sesuai dengan angka yang diisi oleh sang pembeli Kupon. Bagi pemula memang sering "kena" atau angka yang ditulisnya pada KP sesuai dengan angka yang ke luar. Namun seringkali dari 10 kupon yang dibeli, hanya satu kupon yang kena.

Meskipun tampak bahwa aparat penegak hukum di Manggarai telah giat merazia dan menangkap baik pengedar maupun pembeli dan memasukuan mereka ke dalam penjara, Kupon Putih ini seolah-olah masih meraja lela di Kabupaten Manggarai ini. Masih saja terdengar pertengkaran keluarga, ibu-ibu rumah tangga yang marah karena suami kalah ratusan ribu sampai jutaan rupiah karena suaminya keranjingan membeli dan mengisi KP. Hal ini memberikan signal bahwa peredaran Kupon Putih di Kabupaten Manggarai belum benar-benar dipangkas sampai ke akar-akarnya.

Selain itu, beberapa kali saya marah besar dengan bapak-bapak yang menanyakan mimpi apa semalam kepada saya. Saya bertanya: "untuk apa tanya mimpi segala?" Mereka mengatakan: "siapa tahu dari mimpi bapak, bisa ditafsirkan angka-angka yang bakalan ke luar besok pagi." Mereka yang bertanya ini selalu saya semprot dengan pernyataan: "eh bapa-bapa yang tidak tahu malu, supaya kalian tahu, tidak ada cerita orang menjadi kaya dan sukses karena berjudi, yang banyak didengar cerita adalah yang menderita bahkan menggadaikan istri-anak karena judi. Karena itu, enyahlah dari sini, sebelum saya murka!"

Biasanya mereka akan ngeloyor pergi dengan wajah memerah saga karena malu. Untuk saya, saya tidak peduli jika mereka tersinggung dengan kata-kata saya karena yang namanya judi adalah penyakit masyarakat dan akan menular ke generasi muda, ke anak-anak mereka jika tidak sungguh-sungguh dipangkas.

Salah satu hal yang menurut saya semakin sulit untuk memangkas perjudian Kupon Putih di Manggarai ini adalah judi ini sudah membudaya sampai ke kampung-kampung. Tidak peduli umur dan jenis kelamin. Bahkan satu keluarga bisa membeli Kupon Putih untuk suami, istri dan anak-anak mereka, sambil berharapa salah satu darinya ada yang "ke luar  nomornya."

Selain itu, menurut kesaksian seorang Kontraktor, judi KP bahkan sudah kian sulit terlacak dengan tingkat kecanggihan kepolisian di daerah. Mengapa? Karena justru para pejabat dan kaum terpelajar sekarang malah membeli kupon secara online dan mengisinya secara online pula. Untuk transaksi pembayarannya bisa via Bank. Mekanismenya, sebelum beli Kupon online, dicek dulu saldo, setelah dibeli otomatis saldonya akan berkurang. Setelah angka ke luar, para pembeli akan mengecek kembali saldo tabungannya. Hasilnya, jika saldonya bertambah, maka nomornya "kena." Jika tidak, maka "anda belum beruntung." Jika apa yang disampaikan oleh rekan kontraktor ini benar, maka betapa memprihatinkan judi Kupon Putih di Manggarai ini.

Sikap Gereja Katolik terhadap judi di Manggarai jelas, yakni selalu memberi himbuan kepada para aparat penegak hukum dan umatnya untuk melarang, menindak, dan tidak berjudi karena judi melanggar janji-janji pembaptisan sebagai orang Katolik. Melalui kotbah, katekese, dan pendekatan keluarga, para pastor dan team pastoral selalu berupaya untuk menyadarkan umat agar tidak bermimpi untuk cepat kaya melalui jalan pintas. Umat Katolik Manggarai diajak untuk kembali ke semangat leluhur Manggarai agar "dempul wukul, tela toni."

Artinya, kalau mau sukses itu melalui kerja keras sampai jemari lecet oleh kerasnya tanah yang digali, dan punggung terbelah oleh karena terik matahari. Bahwa kekayaan itu tidak bisa didapat dengan hanya sekedar bermimpi melalui angka tetapi melalui kerja keras, semangat menabung, dan mengelolah pendapatan keluarga.

Akan tetapi, ajakan moral dan penyadaran melalui katekese ini sepertinya belum membuahkan hasil yang maksimal jika tidak didukung oleh niat baik semua pihak untuk bergandengan tangan memangkas judi KP ini sampai ke akar-akarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun