Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Lingkungan Hidup, Apa Kontribusi Agama?

19 September 2019   15:55 Diperbarui: 19 September 2019   17:59 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa ini, krisis lingkungan hidup menjadi isu utama yang mesti menjadi perhatian semua orang, semua elemen, termasuk elemen agama. Semua elemen dari berbagai latar belakang mesti bersinergi dalam upaya menyelamatkan bumi. SEBAB bukan hanya manusia yang perlu diselamatkan dunia dan akhirat tetapi bumi dan segala isinya juga perlu diselamatkan!

Kian hari kian terasa bahwa bumi ini makin rapuh menanggung beban semua mahluk hidup yang berdiam di atasnya. Berbagai krisis oleh karena dukungan alam yang makin tidak optimal bermunculan.

Mulai dari krisis udara bersih, air minum bersih, pangan sampai melebar ke krisis ekonomi dan politik internasional untuk penguasaan sumber daya alam yang menjadi sumber ekonomi.

Pemanasan global menyebabkan es di kutub utara mencair, suhu bumi kian meningkat, permukaan air laut naik, banyak pulau yang mengecil bahkan hilang dari pantuan citra satelit, banjir bandang terjadi di berbagai negara, kebakaran hutan menjangkau hampir di semua negara. Alam dan musim-musimnya pun kian hari kian taktebak. 

Semua itu merupakan fenomena peringatan keras bagi umat manusia bahwa kelestarian lingkungan hidup harus menjadi isu utama yang mendapatkan perhatian lebih dalam kebijakkan pemerintah, keputusan politik, kebijakan ekonomi maupun terutama juga dalam kajian maupun gerakan keagamaan.

Saat ini, agama yang terlalu fokus hanya pada masalah  surga dan neraka serta keselamatan jiwa manusia di akhirat dengan menutup mata terhadap keselamatan bumi dan segala isinya perlahan-lahan akan ditinggalkan orang.

Teologi keselamatan itu bukan hanya soal perkara keselamatan kekal: tunggu mati lalu masuk surga, habis perkara! Teologi keselamatan itu mencakup keselamatan bumi, tumbuhan, dan segala isinya sebagai bentuk pertanggungjawaban umat manusia atas amanah yang diberikan Tuhan untuk mengolah, merawat, memelihara bumi dengan segala isinya ini untuk kelangsungan hidup seluruh makhluk ciptaan Allah.

Surga itu bukan perkara nanti setelah kita mati. Kenyataan surgawi itu perlu mulai diusahakan dan diwujudkan oleh para pemeluk agama secara bersama-sama mulai dari ketika kita masih hidup bersama di bumi ini. 

Apa saja kenyataan surgawi yang perlu diperjuangkan untuk diwujudkan umat manusia kini dan di sini yang penggenapannya secara paripurna baru dialami pada akhir zaman (versi agama wahyu)?

Jawabannya tidak lain adalah keadilan dan keutuhan segenap ciptaan! Jika ada keadilan dan keutuhan bagi segenap ciptaan, berarti kenyataan surgawi telah mulai dicicipi sejak saat ini, di sini, di dunia ini ketika kita masih hidup.

Kenyataan neraka sesungguhnya telah tercipta di bumi ini ketika umat manusia terutama yang beriman kepada Allah tidak peduli dengan persoalan mewujudkan keadilan dan keutuhan ciptaan. 

Neraka di bumi ini terwujud ketika bumi ini tidak  lagi menjadi Taman Eden tetapi menjadi Taman Edan! Taman Edan tampak ketika hutan dijarah abis-abisan bahkan dibakar atas nama 'perut', ketika alam dirusak, sungai dan laut dicemari, udara dan tanah diracuni, dan bumi menjadi kian gerah bak 'api neraka' yang membakar!

Suatu hari ketika terjadi karhutla dan bencana asap, seorang dosen filsafat yang mengaku diri ateis masuk ke ruangan kelas  fakultas filsafat.

Beliau membuka perkuliahannya dengan menyapa: "Selamat pagi wahai tuan-tuan yang nantinya jadi ahli surga dan neraka, urus dulu bumi ini dengan baik agar tidak menjadi neraka sebelum mengurus surga dan neraka yang nantinya juga belum tentu ada!" Semua mahasiswa tertawa sambil merenung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun