Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saya Katolik, Saya Juga Kehilangan Mbah Moen

7 Agustus 2019   00:45 Diperbarui: 7 Agustus 2019   10:32 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghormatan Almarhum Mbah Moen di Gereja Katolik Purwokerto/Instagram NU

Mbah Moen: "Indonesia satu-satunya negara mayoritas Islam yang paling bisa dilihat kerukunannya. Kalau Indonesia tidak dijaga kerukunannya, itu adalah suatu kehancuran yang besar."


Indonesia berduka karena kehilangan salah satu tokoh besar yang pesan-pesan keagamaannya menyejukkan karena merangkul semua anak bangsa apapun agama yang dianutnya. 

Rasa kehilangan ini tidak hanya dialami oleh umat muslim, NU, atau Partai Persatuan Pembangunan, melainkan juga oleh pemeluk agama lain.

Jejak-jejak duka, kehilangan, dan simpati dari anak bangsa ini bisa terbaca pada komentar-komentar netizen baik di status WA, Group Wa, status dan grup warganet di Facebook dan media sosial lainnya yang saya ikuti.



Mengapa jangkauan ketokohan Mbah Moen melampaui sekat agama di Indonesia?

Pertama, Mbah Moen adalah tokoh yang sangat menginspirasi para anggota NU. NU dikenal di Indonesia sebagai ormas yang sangat konsisten membela Pancasila dan UUD 1945, NKRI harga mati, prinsip hidup Bhineka Tunggal Ika.

Perjuangan dan kiprah NU yang konsisten dalam hal ini tentu diinspirasikan juga oleh cara hidup Mbah Moen dan petuah-petuahnya tentang pentingnya menjaga pluralitas di Indonesia.

Kedua, hidup dan ajaran Mbah Moen sungguh membuka mata kaum nonmuslim untuk melihat Islam sebagai rahmat bagi seluruh semesta. 

Ketiga, Mbah Moen menjadi antitesis di tengah gerakan-gerakan untuk menggantikan dasar negara Pancasila dengan ideologi lain yang berpotensi memecah belah anak bangsa bahkan bisa menghancurkan konsep NKRI yang mulai menjamur belakangan ini.

Tentu saja gerakan-gerakan yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan falsafah yang lain, jika mau jujur "sangat menggelisahkan hati" kaum minoritas di Indonesia. Akan jadi apakah bangsa ini ketika Pancasila diganti dengan ideologi lain?

Optimisme Mbah Moen bahwa Indonesia adalah SATU-SATUNYA NEGARA MAYORITAS ISLAM YANG PALING DILIHAT KERUKUNANNYA YANG HARUS TETAP DIJAGA AGAR TIDAK HANCUR, memang sudah menjadi kenyataan di Indonesia sejak kemerdekaan sampai hari ini.

Optimisme inilah yang semestinya tetap dijaga dan diperjuangkan setiap anak bangsa, apa pun agama yang dianut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun