Mohon tunggu...
Fajar Sutrisno
Fajar Sutrisno Mohon Tunggu... Hamba Allah -

Pengelana Kata...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kala Itu

18 Oktober 2018   14:32 Diperbarui: 18 Oktober 2018   14:51 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu dekade berlalu, kala itu getaran kalbu ini begitu dahsyat menghunjam jiwa. Peristiwa agung perayaan cinta. Sebuah perjumpaan antara jiwa-jiwa belah yang berharap jadi satu.

Dan lalu perjalanan memadu asa dimulai, bersama mengayuh bahtera kecil menuju samudera luas permadani kasih.

Hempasan gelombang dilalui bersama, naik turun tenang. Dangkal dalam dan luas penuh kisah kasih bagai dongeng kitab asmara.

Masa dimana riak air tenang mulai bergoyang, tiada kuasa untuk menahan besarnya beban pada bahtera mungil yang mulai goyah. Entah bocor atau beda asa sudah.

Dua puluh empat bulan dilewati. Tiada jua kata yang disepahami berdua. Nahkoda dan wakilnya mulai berbeda rasa mengenai cita dan mimpi yang dulu diangan bersama.

Entahlah, di tepian kini sudah. Tiada pernah mudah memutuskan dan berat hati melangkah sendiri. Guratan takdir berkata lain.

Jalanku dan jalanmu berbeda, sayangku. Biarkan aku turun disini, dari bahtera kecil ini. Ya, biarkan aku sendiri saja. Kurasa itu pilihan terbaik kini. Kuyakin kau bisa menuju asa, tidak berdua. Doa terbaikku untukmu selalu.

Jakarta, 18 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun