Mohon tunggu...
Fajar Meihadi
Fajar Meihadi Mohon Tunggu... Dosen - اقرأ

Belajar melukis dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinamika Pesantren

25 Maret 2021   11:17 Diperbarui: 28 Agustus 2021   12:48 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Fajar Meihadi

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang terbilang unik sebagai ciri khas bangsa ini (indigenous). Kekhasan pesantren merupakan hasil dari dialektika nilai keIslaman dengan kebudayaan lokal. Dengan kekhasannya yang sedemikian rupa, pesantren masih tetap survive disaat banyaknya lembaga pendidikan yang "lenyap" tergusur oleh pendidikan umum, atau melakukan transformasi menjadi lembaga pendidikan umum.

Tetapi pesantren tidak boleh jalan di tempat, merasa puas dengan pola pendidikan yang ada. Kurikulum pesantren harus dinamis, selalu memiliki formulasi baru sebagai upaya penyesuaian untuk menjawab tantangan peradaban. Dengan demikian, pesantren akan menjadi role model lembaga pendidikan yang dipertimbangkan.

Sejak awal, keberadaan pesantren sebagai "jenius lokal" memang diakui dari sisi intelektualitas dan juga spiritualitasnya, banyak orang dengan kapasitas intelektual mempuni yang taat beragamaan terlahir dari pesantren, posisi strategis di negeri ini banyak dikuasai alumni pesantren. Sekalipun alumni pesantren tidak menjadi kiai atau menempati posisi strategis, setidaknya memiliki bekal adab.

Menghirup nafas dan membentang mata terbuka di era postmodern dengan mudah dapat menyaksikan capaian kemajuan sains dan teknologi, sehingga kehidupan dari segala sektor nyaris mengalami perubahan yang "radikal" (disruption). Adalah sebuah keniscayaan upaya digitalisasi dari segala lini di tengah gelombang arus pandemi, tidak terkecuali sektor pendidikan baik formal ataupun nonformal, termasuk pesantren.

Sepanjang tahun lalu dan babak awal tahun baru ini kehidupan masih diwarnai cerita menyedihkan, terombang-ambing dalam ketidakpastian, tetapi selalu ada secercah cahaya harapan lahir dari segelintir orang yang "tekun" melihat peluang di tengah keterbatasan dengan melakukan gerakan digitalisasi pesantren yang sangat membantu pesantren "melek" teknologi.

Gerakan digitalisasi pesantren adalah salah satu langkah konkret sebagai upaya agar pesantren mampu beradaptasi dan bertransformasi di tengah canggihnya inovasi teknologi, relevan dengan kaidah yang selalu dipegang teguh warga Nahdliyin: "memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik".

Inovasi berbasis digital di lingkungan pesantren penting diupayakan agar eksistensi pesantren tidak tergerus perkembangan zaman. Mengingat pesantren bukanlah museum purba yang hanya melestarikan benda-benda kuno dan antik. Pesantren juga bukan penjara yang dilengkapi "jeruji besi", dimana pikiran dikontrol dan dikendalikan berlebihan. Tetapi pesantren semacam "laboratorium", tempat pikiran diuji dan terlahirnya gagasan-gagasan segar.

Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan dunia yang melakukan penelitian terhadap dua puluh peradaban. Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat empat lapisan unsur yang mempengaruhi eksistensi peradaban; (1) sains dan teknologi (sebagai lapis terluar); (2) estetika; (3) etika; (4) spiritual (lapis terdalam).

Hanya dengan visi spiritualitas saja sebuah peradaban akan bertahan dalam waktu dan tidak kolaps, tetapi tidak akan berpengaruh pada perdaban lain. Sedangkan lapisan terluar, sains dan teknologi, memiliki kontribusi signifikan dalam memajukan peradaban sekaligus mempengaruhi perdaban lain, tetapi tanpa spiritualitas bangunan peradaban tidak akan kokoh, mungkin rapuh dalam arus gelombang waktu.

Jika dikontekstualisasikan pada pesantren sebagai bagian penting peradaban, sudah seharusnya pesantren memiliki kecakapan terhadap teknologi, agar kontribusi pesantren untuk peradaban tetap nyata, tidak meredup dan pudar. Tetapi jika cenderung tertutup terhadap kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung lagi, pesantren sebagai modal sosial penting bangsa ini mungkin jangkauan kebermanfaatannya juga akan terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun