Langkah serupa juga dilakukan oleh Citilink dengan diskon 30 persen. Kemudian mau tidak mau pihak kompetitor harus melakukan hal yang sama agar tidak ditinggal oleh para pelanggannya. Lagi-lagi intervensi yang dilakukan pemerintah dikritik habis-habisan oleh Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.Â
Ia menganggap pemerintah terlalu banyak mengintervensi maskapai dalam menetapkan harga tiket pesawat. "Jangan terlalu membawa dalam hal intervensi, intervensi pemerintah terlalu dalam, maskapai dipaksa ikut diskon 50%, sehingga Maritim ikut campur untuk apa? Itu sudah kelewatan," tutur Tulus dalam Seminar Nasional Polemik Harga Tiket Pesawat dalam Perspektif Hukum, Bisnis, dan Investasi, di hotel Sari Pasific, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).
Namun dampak dari intervensi pemerintah yang dinilai terlalu dalam sangatlah positif dan bisa dirasakan langsung oleh rakyat. Penerbangan menggunakan maskapai Citilink dari Jakarta menuju Surabaya pada Sabtu 27 Juli, dan Selasa 31 Juli dipatok Rp615 ribu. Harga tersebut turun sebesar Rp352 ribu dari sebelumnya sebesar Rp967 ribu.Â
Begitu pula dengan maskapai Lion Air dengan rute dan keberangkatan sama, mematok harga tiket di angka Rp711 ribu atau turun 30 persen. Untuk rute Jakarta menuju Denpasar dengan Citilink juga terpantau turun menjadi Rp715.577 dari sebelumnya Rp1,2 juta. Pun Lion Air menurunkan harga tiketnya menjadi Rp842 ribu dari sebelumnya Rp1,1 juta.Â
Selanjutnya, untuk penerbangan Jakarta-Yogyakarta pada jam terbang yang sama dijual Rp423 ribu menggunakan Citilink dan Lion Air Rp536 ribu dari sebelumnya Rp712 ribu.
Memang tujuan yang dilakukan oleh pemerintah yakni menurunkan harga tiket pesawat secepat-cepatnya tercapai. Tetapi menurut saya pemerintah belum memikirkan masa depan dari industri ini.Â
Dengan menyuruh maskapai melakukan diskon memanglah membuat harga tiket pesawat turun semua, tetapi apakah ini menjamin keselamatan penumpang yang sebenarnya harus menjadi tujuan utama dalam industri penerbangan ini.
