Dengan kata lain, perilaku kita sangat bergantung pada bagaimana kita menafsirkan peristiwa yang terjadi pada diri kita, tidak harus realitas objektif peristiwa-peristiwa itu sendiri. Dua orang dapat melihat rokok yang sama. Satu orang merasakan dorongan untuk merokok, sedangkan yang lain terganggu oleh baunya. Petunjuk yang sama dapat memicu kebiasaan baik atau sebaliknya, tergantung prediksi Anda. Penyebab kebiasaan Anda sesungguhnya adalah prediksi yang mendahuluinya.
Dari pengertian James Clear tersebut dapat Anda ketahui bahwa kebiasaan buruk seringkali tidak Anda sadari karena Anda tidak menganggap hal itu adalah kebiasaan buruk. Baru setelah Anda mendapatkan kerugian dari kebiasaan buruk tersebutlah Anda baru menyadari kalau yang Anda lakukan adalah kebiasaan buruk.
Kita ambil satu contoh kebiasaan buruk di dunia pendidikan yaitu malas belajar.Â
Asumsikan Anda adalah seorang pelajar atau mahasiswa, setiap sepulang sekolah atau kuliah Anda pergi ke rumah teman Anda sekedar untuk berkumpul, atau Anda pergi nongkrong di caf pada malam hari dengan teman-teman Anda.Â
Anda menganggap kegiatan itu bukanlah hal buruk karena Anda menganggap wajar jika masa sekolah adalah berkumpul dan mengakrabkan diri bersama teman-teman Anda.
Pada saat Anda ujian, Anda menyadari bahwa Anda kesulitan menjawab soal-soal ujian begitupun teman-teman sekumpulan Anda yang malas belajar. Hasilnya Anda mendapatkan nilai ujian yang jelek, harus mengulang ujian, menurunkan kepercayaan guru atau dosen Anda terhadap Anda, malu terhadap teman-teman yang mendapat nilai bagus, dan dimarahi orang tua Anda. Sekarang Anda sadar bahwa jika Anda malas belajar maka berakibat buruk bagi Anda.
Kita ambil contoh lagi dalam dunia kerja yaitu kebiasaan buruk datang terlambat. Datang terlambat bisa jadi adalah kebiasaan buruk yang Anda anggap wajar. Tetapi Anda baru akan sadar di akhir bulan akibat dari kebiasaan buruk Anda. Gaji Anda dipotong atau tidak penuh karena akumulasi Anda datang terlambat lebih dari 1 jam selama 1 bulan misalnya. Kinerja Anda menurun karena kurang persiapan ketika baru datang ke tempat kerja. Mendapatkan reputasi buruk dimata atasan dan rekan-rekan kerja Anda.
Contoh-contoh diatas mungkin adalah contoh kebiasaan buruk dalam jangka yang tidak terlalu panjang, sehingga Anda bisa segera menyadarinya dan memperbaikinya segera. Ada satu contoh lagi yaitu kebiasaan buruk yang dalam jangka panjang pun banyak orang-orang yang tidak sadar akan kebiasaan buruknya. Kebiasaan buruk tersebut adalah kebiasaan buruk dalam bidang kesehatan.
Merokok misalnya, merokok adalah kebiasaan buruk yang akibatnya tidak dalam jangka pendek. Tetapi dalam jangka yang sangat panjang bahkan bisa berpuluh-puluh tahun. Karena sifatnya yang akibatnya muncul dalam jangka panjang, maka sangat banyak orang yang tidak sadar bahkan menolak bahwa merokok adalah kebiasaan buruk. Hingga pada waktu usia 40 keatas, ketika kekuatan fisik Anda menurun, Anda akan merasakan efek dari merokok selama berpuluh-puluh tahun.
Bahkan mungkin sebagian diantara Anda sampai saat ini bertahun-tahun merokok dan Anda merasa baik-baik saja. Kita tidak sedang memperdebatkan merokok baik atau buruk dari perspektif subjektif.Â