Perang urat syaraf menjelang Pemilu kerap terjadi. Namun sayangnya kadang dengan intensi fitnah dan informasi hoax.
Seperti yang dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subiyanto ini. Ia menyebut Indonesia tambah miskin dalam waktu lima tahun terakhir. Ini terjadi karena mata uang rupiah rusak dan terus melemah.
Bahkan menurutnya, kurang-lebih 50% masyarakat tambah miskin. Klaim ini katanya berdasarkan data BPS.
Parahnya, Prabowo juga mengikutkan sentimen agama dalam pernyataan sesatnya itu. Menurut Prabowo, umat Islam adalah pihak yang paling merasakan hancurnya ekonomi bangsa, termasuk para ulamanya.
Apa yang diungkapkan oleh Prabowo di atas berbanding terbalik dengan data BPS. Kenyataannya, kemiskinan justru menunjukkan tren yang menurun dalam lima tahun terakhir.
Kita bisa lihat sendiri dalam angka kemiskinan di BPS. Pada tahun 2014 lalu, ada 11,25% penduduk yang miskin atau setara 28,28 juta orang yang berada di garis kemiskinan.
Sekarang, empat tahun kemudian angka kemiskinan turun menjadi 9,82% atau sama dengan 25,95 juta orang miskin. Artinya ada penurunan sekitar 2,33 juta orang miskin dalam empat tahun.
Di sisi lain, pemerintah juga berusaha mengurangi kesenjangan di masyarakat. Itu terbukti dari adanya penurunan rasio gini.
Rasio gini nasional pada September 2014 tercatat sebesar 0,414. Angka itu menurun pada Maret 2018 menjadi 0,389.
Rasio Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Koefisien ini semakin mendekati angka nol maka semakin tidak timpang.
Dengan dua data tersebut telah menunjukkan adanya fitnah dan informasi hoax yang disebarkan oleh Prabowo Subiyanto. Tampaknya Ketua Umum Gerindra itu gagal paham dengan situasi obyektif yang ada.