Mohon tunggu...
Faizal Hadi Nugroho
Faizal Hadi Nugroho Mohon Tunggu... Guru - Akademisi

Menulis membuatmu hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Sekadar Menghilang

28 Februari 2021   17:03 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahun 2020 akhir hingga awal-awal 2021 tren penggunaan kata ghosting kian meningkat. Kata yang jika diterjemahkan menjadi "menghilang" ini pun digunakan beramai-ramai dalam beragam konteks. Awalnya, ghosting ini digunakan untuk konteks hubungan, tetapi meluas menjadi kolega atau mitra kerja.

Penyebab orang melakukan ghosting tentu bermacam-macam dan tidak bisa dijadikan basis kecurigaan. Ada yang ingin keluar dari hubungan yang menyakitkan, ada yang sekadar bosan, atau malah menjadikannya hobi. Terserah pada pelakunya.

Banyak orang menyampaikan ghosting dalam perilaku. Namun, dalam tulisan ini saya ajak untuk merefleksikan ghosting dalam ranah mitra atau pertemanan.

Sebagai makhluk sosial, kita wajib membina hubungan dengan manusia lainnya. Hubungan tersebut tentu bergradasi, mulai dari sekadar kenal, akrab, atau seperti saudara kandung. Namun, tak ayal, hubungan tersebut harus diakhiri otomatis karena sudah jarang bertemu.

Saya sampaikan konteks yang umum dibicarakan, yaitu ketika tetiba ada teman yang muncul setelah ghosting sekian lama. Kehadiran teman tersebut meminta pertolongan Anda dan karena dasar pikiran bahwa kita adalah manusia sosial kita menolongnya.

Setelah Anda menolong, teman tersebut tetiba bersatu dengan alam, menghambur kabarnya bak tertiup angin lalu. Teman tersebut tidak pernah bertegur sapa dengan Anda bahkan melalui media sosial. Anda ingin menagih janji teman tersebut, tetapi tidak memiliki medium untuk berkomunikasi. Seolah hidup sudah berbeda alam dengan teman tersebut.

Ghosting ini ternyata sudah terjadi tidak hanya di hubungan percintaan, tetapi meluas. Konteksnya kian melebar karena fleksibelnya makna kata ini yang tidak membatasi konteks. Cambridge memberi makna 'a way of ending a relationship with someone suddenly by stopping all communication with them.'

Hubungan kekerabatan manusia lambat laun harus berakhir. Apa yang diawali pasti harus diakhiri. Baik itu secara fisik, psikis, dan kenangannya. Namun, tidak etis jika menghilang dengan tanggungan. Kehilangan tersebut akan lebih baik tidak sekadar hilang, tetapi menuju ke arah"moksa" yaitu lepas dari segala hal-hal negatif menuju keparipurnaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun