Mohon tunggu...
Faizah
Faizah Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi

Berusaha bukan mengeluh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Semangat Keilmuan pada Generasi Milenial

30 Mei 2019   14:44 Diperbarui: 30 Mei 2019   14:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ilmu merupakan cahaya bagi umat manusia, tanpa ilmu manusia tidak lebih berharga dari binatang yang hidup sesuai dengan kehendak nafsunya. Dengan ilmu manusia bisa menjadi mulia, dan dengan ilmu pula manusia dapat mengabadikan kemulian yang telah didapatnya. Sebab semua manusia akan mengalami kematian dan yang dikenang dari manusia itu adalah apa yang ia tinggalkan sebelum ia mati. Jika yang ditinggalkan adalah harta maka harta akan habis. Jika yang ditinggal adalah anak, maka anak pun sautu saat akan binasa. Namun jika yang ditinggalkan adalah suatu karya keilmuan, maka orang akan selalu ingat kepada kita bahwa kita sebagai seorang yang menjadi pencetus ilmu tersebut. Maka dari itu sangat penting bagi umat manusia agar mempelajari ilmu dalam hidupnya.

Sejarah telah mencatat tentang orang-orang yang dimuliakan karena ilmu, misalnya para ulama muslim seperti Ibn Sina, Ibn Taimiyah, Imam Al-Ghazali, dan As-Syafii. Ataupun para cendekiawan dari barat misalnya Auguste Conte, Emile Durkehim, dan lainnya. Mereka mulia karena kayanya ilmu yang mereka miliki. Tentu perjuangan mereka dalam menuntut ilmu tidaklah mudah, perlu banyak hal yang harus dikorbankan baik dari segi harta, waktu, dan tenaga.

Salah satu cerita yang sangat menggugah semangat menuntut ilmu adalah cerita tentang Imam Syafi'i yang masih kecil ketika dibawa ibunya ke Madinah untuk mengikuti kajian kitab Al-Muwatho oleh gurunya Imam Malik rahimahullah, ketika itu ibunya sangat miskin sehingga tidak mampu membelikan Syafi'i kecil pena dan alat tulis lainnya untuk keperluan menulis pelajaran yang disampaikan.

Lalu ketika keadaan imam Syafi'i itu diketahui oleh imam Malik beliau merasa terganggu dan memanggil imam  Syafi'i dan berkata: "lebih baik kamu pulang saja, kamu melakukan perbuatan yagn sai-sai disini" lalu dijawab imam Syafi'i "aku kesini untuk belajar wahai imam, aku tidak melakukan perbuatan sia-sia" di jawab lagi oleh imam Malik "lantas mengapa setiap aku menyampaikan pelajaran, engkau selalu mencolek lidahmu ddengan tekunjukmu, bukankah itu sia-sia?" jawab imam Syafi'i "wahai imam, aku adalah seorang anak yatim yang miskin, ibuku tidak mampu membelikanku alat tulis untuk belajar, sehingga aku tulis seluruh hadi yang kau sampaikan dengan telunjukku dan tangan kiriku ini ku jadikan buku" mendengar penjelasan Syafi'i tersebut imam Malik terkagum dan juuga penasaran, lalu beliau menyuruh imam Syafii untuk menyebutkan semua hadis yang telah ia sampaikan selama ini. Dan yang luar bisanya bahwa imam Syafi'i mampu menyebutkan semua hadis yang disampaiakan imam Malik di pengajiannya tanpa tertinggal satu pun.

Semangat seperti itulah yang seharusnya dimiliki generasi sekarang semangat yang menembus kekurangan, menganggap kekurangan yang ada bukanlah penghalang namun menjadi suatu tantangan. Berbeda dengan zaman modern seperti ini dengan segala kemudahan dalam menuntut ilmu, seharusnya bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Namun faktanya banyak generasi sekarang yang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna seperti main game, nonton film dan sebagainya sehingga waktu untuk menuntut ilmu menjadi habis. Jauh sebelum zaman sekarang Allah swt telah mengingatkan akan pentingnya waktu dengan firmannya:

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran"
Selain itu Rasulullah juga menyampaikan melalui sabdanya mengenai nikmat waktu luang, yakni:
( )
"Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan  waktu luang"

Secara umum lemahnya semangat generasi sekarang dalam menuntut ilmu dikarenakan salahnya dalam memilih seseorang panutan yang mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir mereka. Sebagai contoh, seseorang yang menyukai drama korea akan mengikuti segala hal yang berkaitan dengan kesukaannya baik dari segi fashion, maupun kelakuannya akan menyerupai panutannya tersebut. Bahkan yang mnyedihkan dari generasi sekarang adalah ada murid SMA yang tidak hafal rukun iman, namun hafal nama youtuber terkenal.

Lantas dengan beberapa hal yang menyedihkan tersebut penting bagi kita untuk menjaga keluarga kita dari lemahnya semangat menuntut ilmu. Salah satu caranya menurut penulis adalah dengan membentuk semangat ilmu itu sendiri sedini mungkin sebelum terjangkit rusaknya pergaulan dizaman ini, dengan cara mengajarkan kepada mereka tentang betapa pentingnya ilmu, terutama ilmu agama.

Bahkan kalau kita teliti dari para ulama muslim terdahulu, ilmu agama lah yang paling awal mereka pelajari, yakni dari sumbernya yang paling terjamin keasliannya yakni AL-Qur'an. Maka bukanlah hal yang luar biasa pada zaman itu jika seseorang berumur 4-7 tahun telah menghafal 30juz Al-Qur'an. Setalah itulah baru mereka mempelajari ilmu-ilmu yang lain dan anehnya melalui cara demikian maka lahirlah ulama besar seperti Al-Khawarizmi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan lain-lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun