Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengubah "Insecure" Menjadi Bersyukur ala Kaum Stoa

24 Agustus 2020   18:33 Diperbarui: 25 Agustus 2020   16:29 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Insecure. (sumber gambar: Nate Neelson on Unsplash)

Tentunya kita tahu kisah (fiktif) tentang Cinderella bukan? Dalam film Cinderella dikisahkan Cinderella sebagai seseorang yang memiliki masa kecil yang bahagia dengan orang tua yang kaya raya, sampai suatu hari ibunya meninggal dan ayahnya menikahi seorang janda dari sahabatnya. 

Saat ayahnya pun meninggal, Ella (Cinderella) harus menghadapi kenyataan bahwa ibu tirinya berlaku kejam terhadapanya. Seketika keindahan dan kasih sayang dari masa kecil yang ia dapatkan berubah drastis. 

Dari kisah tersebut kita bisa membandingkan sikap Ella yang tetap menjadi pribadi yang tabah dan berani dengan sikap ibu tiri Ella yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia kehilangan sumber uang, yaitu suami, yang juga ayah Ella, dan terus merasa terancam akan jatuh miskin.

Seperti itulah contoh sederhana dalam perbedaan menyikapi sesuatu yang pada akhirnya akan berakibat pada persepsi dan ketenangan dalam menjalani dan melanjutkan hidup. 

Secara lebih jauh lagi, sikap-sikap tenang dalam menjalani hidup seperti itu bisa kita pelajari dari filosofi "Kaum Stoa". Filosofi "Stoa" muncul sekitar 300 tahun sebelum masehi yang kemudian dikembangkan oleh filsuf Yunani sampai dengan kekaisaran Romawi. 

Filosofi "Stoa" mengajarkan agar manusia hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, curiga, baper, dll); serta hidup dengan mengasah kebajikan (virtue) seperti kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri. 

Dari penjabaran sederhana tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari filosofi "Stoa" adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali, dan hidup dengan kebajikan (Virtue), atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia.

Insecure dan Dikotomi Kendali 

Kembali kepada permasalahan rasa "minder" yang muncul akibat melihat status atau cerita yang dibagikan teman yang sebenarnya hanya memuat kegiatan dan pencapaiannya di media sosial, dalam filosofi "Stoa" terdapat uraian tentang hal ini, yaitu mengenai dikotomi kendali. 

Dalam hal ini para filsuf "Stoa" memiliki prinsip fundamental bahwa ada hal-hal yang di dalam hidup yang bisa kita kendalikan, dan ada yang tidak bisa kendalikan.

Hal-hal yang di bawah kendali tersebut adalah pertimbangan dan persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita, dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri. Sedangkan sesuatu yang tidak berada di bawah kendali kita seperti tindakan orang lain dan opini orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun